The Pracangers

Tidak terhitung lagi berapa toko pracangan yg bangkrut karena kalah bersaing dgn indomar*t. Dan, tak terhitung juga berapa yg akhirnya mengurungkan niatnya untuk jadi pracangers, karena kuatir kalah bersaing dgn indomar*t.

Sayangnya, pemerintah tidak menganggap ini sebagai masalah serius. Ijin2 pembangunan baru terus diterbitkan, hingga nantinya tidak ada satu RW-pun yg tanpa indomar*t.


Di parkiran indomar*t, sambil nungguin istriku tarik duit di atm, aku berpikir keras bagaimana caranya ya melawan dominasi indomar*t ini...

Ada beberapa cara yg mungkin bisa jadi alternatif.

Belanja online
Sama seperti ojek online, sapa tahu indomar*t juga bisa dihantam dengan pracangan online. Jadi, pembeli tak harus datang. Cukup belanja lewat hape. Belanjaan dikirim.

Tapi aku gak yakin ini efektif. Selain karena indomar*t juga sudah punya aplikasi online, belanja online tidak akan efektif jika nominal pembelian hanya skala kecil, misalnya rokok ketengan, sampo sasetan, atau endok seprapat. Biaya pengiriman bisa lebih mahal dari harga belanja.

Kloning
Bahasa populernya ATM: amati, tiru, dan modifikasi.

Untuk mengamati indomar*t itu gampang, karena indomar*t ada di mana2 dan banyak yg buka 24jam. Selanjutnya adalah tiru, tiru apa aja yg ada di indomar*t: display-nya, lay out-nya, lighting-nya, rak-nya, keranjang belanja-nya, kasir-nya, seragam dan sambutan pegawainya, hingga tempat parkirnya.

Nah, sekarang tinggal modifikasi seperlunya di beberapa bagian. Bisa sedikit, bisa banyak. Yg pasti adalah modifikasi nama dan logo. Jika bagian ini tidak dimodifikasi, itu namanya bukan kloning, tapi buka cabang baru.

Masalahnya adalah di modal. Kloning indomar*t butuh modal yg besar. Bisa ratusan juta. Pracangers mana punya modal segitu.

Sebar hoax
Cara ini agak kasar, tapi di beberapa kasus politik, teknik ini cukup berhasil. Apalagi kalau yg dimainkan adalah isu2 sensitif, macam sara.

Misalnya, sebar isu tentang ternyata sebagian keuntungan indomar*t disumbangkan ke fakir miskin yahudi. Atau, logo indomar*t sebenarnya adalah simbol illuminati. Atau, gagang pintu indomar*t mengandung lemak babi.

Mudah2an masih ada yg percaya dengan begitu2.

Sabotase
Yg ini lebih kasar lagi, yaitu: sabotase. Apa yg bisa di sabotase? Banyak.

Misalnya: listrik, sambungan internet, cctv, mobil, jalan, parkir, atau apapun-lah yg bisa disabotase, agar pelayanan kacau dan pengunjung males datang ke indomar*t.

Tapi hati2 yg, jangan sampet ketangkep serse polsek ya...

Solidaritas
Coba perhatikan ada berapa tetangga yg buka pracangan. Dan, seberapa sering kita belanja ke mereka?

Pertanyaan ini bisa jadi menguak fakta mengapa indomar*t begitu mendominasi, hingga ke polosok kampung, desa, dan dusun.

Semakin berkurangnya jumlah pracangers, disebabkan semakin berkurangnya pembeli. Kenapa pembeli berkurang? Karena semakin banyak yg kemenyek, dikit2 beli di indomar*t. Mulai dari katembad, minyak rambut, marning, soptek, hingga odol. Semua beli di indomar*t.

Padahal, ada pracangers di sebelah rumah yg juga menjual barang2 yg dicarinya. Harganya juga sering lebih murah.

Selain faktor kemenyek, fenomena itu menunjukkan semakin tipisnya rasa solidaritas kepada sesama rakyat jelata, yg mengais rejeki jadi pracangers.

Keperkasaan indomar*t aku yakin akan goyah jika terbangun solidaritas kepada pracangers, yaitu solidaritas sesama dan kepada rakyat kecil. Tanpa solidaritas, pracangers akan merana melihat satu per satu pelanggannya pergi ke indomar*t lewat depan tokonya.

Jadi, berhenti salahkan indomar*t. Introspeksi. Koreksi diri. Ketinggian ngomong revolusi mental, jika tidak punya solidaritas kepada pracangers.



Komentar