Pembukaan Tidak Sempurna

Secara hukum, aku layak disebut sebagai saksi pembukaan PON XIX di Bandung beberapa hari yang lalu. Selain mengalami sendiri, aku juga melihat dan mendengar sendiri kejadian itu. Bukan lihat di tv atau baca di koran, apalagi diceritai orang lain.

Penuh perjuangan untuk bisa nonton acara itu langsung dari tribun stadion. Tidak usah-lah saya ceritakan perjuangan itu ya.. kapan2 saja..

Rame? rame. Meriah? meriah. Bagus? bagus. Keren? keren banget sih enggak. Rentang 0 sampai 100, aku kasih nilai 70.

Kejutan
Seperti acara2 pembukaan acara olahraga lainnya (pon, sea games, dll), pembukaan PON ini juga didominasi tarian kolosal, lighting, dan kembang api.

Aku mengira bakal ada kejutan untuk penonton selain tarian kolosal, lighting dan kembang api. Misalnya ada yg tiba2 muncul dari tribun, atau ada yg tiba2 ada yg bergelantungan dari atap stadion, atau apalah gitu. Ternyata gak ada.

Sesaat setelah Gigi perform, aku perhatikan betul orang2 di sebelah2ku. Juga atap tribun, yg sepertinya ada sesuatu yg menggantung. Dalam hati, jangan2 ada kejutan yg akan terjadi. Lha kok sampe acara habis, kok ternyata gak ada apa2.

Video mapping
Lakon pertunjukan itu adalah video mapping. Ituloh, lampu sorot kayak LCD raksasa, dgn lapangan dan panggung sebagai layarnya. Aku juga baru tau namanya itu dari googling (he..he..). Ini teknologi canggih yg sudah banyak di pake di setiap acara2 pembukaan.

Kelemahan terbesar dari teknologi ini adalah hanya bisa dinikmati penonton dari satu titik, yaitu di tribun VIP dan VVIP. Buat tribun yg lain, video mapping itu gak jelas bentuknya. Hanya kelap2ip gak jelas.

Aku kebagiaan tribun F, yg letaknya di belakang menara api pon. Tribun samping. Dari sini aku sama sekali tidak bisa menikmati video mapping itu. Aku lebih sering lihat layar daripada lihat ke lapangan. Jadi secara teknis, gak ada bedanya nonton di stadion sama lihat dari TV di rumah.

Lipsinc
Entah dgn pertimbangan apa, kebanyakan atraksi adalah sepertinya lipsinc. Sepertinya hanya Gigi dan Dira Sugandi yg tidak. Aku curiga suara kembang api juga lipsinc.

Jangan2 pidato Pak Jokowi juga lipsinc.

Api PON
Ini seharusnya jadi klimaks pertunjukan. Selain sakral, butuh perjuangan untuk mengambil sumber api. Apalagi api itu menjadi simbol semangat dan spirit olah raga dan sportivitas selama perayaan PON.

Tapi sayang, klimaks yang diharapkan justru menjadi antiklimaks dan menjadi cacat pertunjukan pembukaan PON.

Dgn sangat jelas kulihat bahwa ada kegagalan yg fatal dalam penyalaan api PON itu. Ketika ujung bor menyentuh ujung penyalaan, yg merabat bukan api, tapi kembang api yang sudah terpasang sebelumnya dan menyala secara elektrik. Sialnya, dari tiga titik ujung penyalaan, tidak semua menyala. Sialnya lagi, titik penyalaan itu, mati sebelum menyentuh ujung menara. Benar-benar mati.

Seisi stadion sempat hening sejenak ketika melihat kembang api mati dan tidak sempat menyentuh ujung menara. Lalu, entah bagaimana ceritanya, tiba-tiba api  menyala di ujung menara. Penonton bersorak, akhirnya menara api telah menyala. Aku biasa saja, karena aku melihat api itu bukan api yang diambil dengan susah payah dari Indramayu, dan yang telah diarak keliling ke 27 kota/kabupaten di Jawa Barat.

Jadi, kalau api itu masih menyala sampai penutupan, itu adalah api palsu. Api hoax. Bisa jadi semangat dan spirit PON XIX ini juga hoax.

Akses
Pasti tidak terlihat dalam siaran di tv adalah perjuangan penonton bisa nyampe di stadion ini. Stadion ini terletak di gedebage, daerah pinggiran perbatasan di Bandung bagian timur.

Aksesnya sangat terbatas. Bukan saja terbatas, tapi juga buruk. Jika menggunakan mobil, harus lewat tol dari arah Cileunyi. Jadi kalau berangkat dari kota Bandung, harus memutar dulu ke pintu tol Cileunyi.

Yg naik motor lebih aneh lagi. Tidak ada akses apapun untuk motor bisa masuk ke stadion ini, melainkan harus masuk ke wilayah perumahan penduduk. Itu pun harus menyebrang sungai dgn menggunakan jembatan bambu.

Ini mau ke stadion apa mau ke sawah...



Komentar