Koruptor Karena Nasib

Menjadi seorang yg anti korupsi itu tidak semudah yg dibayangkan orang. Anti korupsi tidak semudah sekedar menolak uang suap atau menilep uang negara. Godaan melakukan korupsi itu bermacam2 bentuknya, dan setiap orang memiliki kadar kekuatan untuk menolak yg berbeda2.

Tidak seperti indomie rasa kare ayam yg setiap kemasannya ada label halal, uang korupsi bisa berwujud apa saja tanpa label apapun. Apalagi label halal. Dia bisa berwujud marketing fee, anggaran sisa, uang terima kasih, honor, uang lelah, dana taktis, operasional fee, dll. Macam2 lah bentuknya.

Wujud yg bermacam2 itu bisa menggoda siapa saja. Apalagi secara insting, manusia itu punya kecenderungan untuk melakukan pembenaran2. Di sinilah, orang yg anti korupsi dan agak2 anti korupsi, di uji.




Orang yg anti korupsi, tidak tertarik untuk mencari2 pembenaran meskipun dia punya peluang dan kemudahan untuk itu. Tp yg agak2 anti korupsi, akan tergoda untuk menggunakan pembenaran2, meskipun di dalam hatinya ada perasaan galau. Pembenaran itu bisa berupa: tidak ada aturannya, tidak ada yg tau, merasa paling berjasa, merasa layak, yg lain juga ambil, sangat butuh uang, dan sebagainya.

Ketahuilah bahwa melawan pembenaran2 yg muncul dari segala arah itu tidaklah ringan. Berat. Banyak yg gagal melawan, tp banyak juga yg berhasil dengan gemilang. Yg gagal melawan tetap harus dihukum, tp yg berhasil melawan harus diapresiasi. Bagi yg tidak pernah punya kesempatan dan peluang menghadapi tantangan itu, lebih baik jangan sok anti korupsi deh...

Ini beda dengan orang yg memang koruptif sejak dalam pikiran. Mau ada label atu tidak. Mau ada pembenaran atau tidak, kalo bisa diembat, diembatlah. Orang begini sangat kreatif dan lihai menciptakan peluang. Peluang sekecil apapun, bisa diterobosnya. Kalao perlu, dia akan ciptakan peluang itu...

Bukan cuman itu. Orang begini juga mampu menggalang banyak orang untuk mengamankan aksinya. Tentu saja dengan sistem bagi hasil. Sama2 enak, semua happy.

Aku meyakini orang yg begini sebenarnya jumlahnya nggak banyak. Cuman, daya rusaknya besar. Kepada orang macam beginilah, energi pemberantasan korupsi perlu dicurahkan. Securah2nya. Setumpas2nya

Tapi ada loh orang yg terjerat kasus korupsi dan menyandang status terdakwa korupsi, bukan karena terima uang atau keuntungan apapun, tapi karena kebijakannya yg dianggap keliru dan merugikan negara.

Hukum memang menuntut setiap kebijakan harus dilakukan secara prosedural dan legal. Tapi sering kali tetap aja ada kekeliruhan. Aku meyakini, kalo mau dicari2, pasti ada saja kekeliruan2 dalam proses pengambilan keputusan. Siapapun pejabatnya. Bahkan gajah pun tak ada yg berani kasih garansi gadingnya tak retak...

Maka beruntunglah para pejabat yg pensiun dengan tenang tanpa dikorek2 kekeliruannya selama jadi pejabat. Tapi bagi yg tidak, semoga diberi kesabaran dan ketabahan.

Di situlah aku mengambil kesimpulan bahwa menjadi anti korupsi itu tidaklah mudah; karena tidak saja tergantung pada komitmen, tp juga pada sesuatu yg berada di luar kendali manusia, yaitu: nasib!

Komentar