Pergulatan TTD

Setiap tanda tangan (ttd) seseorang pasti ada perjalanan sejarahnya. Tidak ujug2 jadi, tanpa cerita konteks dan latar belakang.
.
Dulu, waktu aku SD, ttd ku persis kayak ttd bapakku. Aku sengaja mirip2kan. Aku mengira yg namanya ttd itu harus kayak ttd orang tua. Kebetulan ttd bapakku gampang ditiru. Esret..esret..esret..
.
Ada untungnya ttd ku mirip tanda tangan bapakku. Kalau nilai ulanganku jelek, aku ttd-i sendiri kertas ulanganku seolah2 itu ttd bapakku, lalu kukumpulkan ke guruku. Dan itu bukan cuman sekali. Beberapa kali. Guruku tak tahu, bapakku juga gak tau. He..he..
.
Ketika SMP aku baru tersadar bahwa setiap orang bisa punya ttd sendiri. Tidak harus sama dgn ttd orang tua. Saat itulah aku mulai berpetualang membuat ttd sendiri. Sebulan bisa selusin ttd. Berbeda2.
.



Hingga akhirnya, aku terpanah dengan ttd seseorang, aku lupa siapa, yg diawali dgn huruf S. Aku tiru bentuk huruf S ttd itu, lalu aku modifikasi semauku. Aku pas2kan dgn tulisan namaku. Lalu, aku kombinasikan dgn beberapa model ttd. Aku coba berulang2. Di buku tulis, buku pelajaran, meja, tembok, koran, brosur, tangan, paha, di mana2. Dan jadilah cikal bakal dan prototipe ttd-ku.
.
Ketika SMA, aku masih beberapa kali memodifikasi lagi ttd itu. Biar kelihatan kekinian (di jaman itu). Hingga kemudian, pada suatu titik, aku dipaksa untuk setia pada satu ttd. Momentumnya adalah ketika aku tidak bisa mengambil uang di bank karena ttd ku ketika buka rekening dgn ttd di slip penarikan uang ternyata berbeda.
.
"Detailnya beda" katanya mbak petugas bank bermata sipit.
.
Aku tanya, "emang yang dulu bagaimana?".
.
"Ada angka dan inisialnya" katanya.
.
"Hah, angka dan inisial?" aku terkejut.
.
"Di bagian depan ada inisial DS belakangnya ada angka 97" jawabnya.
.
"Astaga!" teriakku dalam hati. 97 itu maksudnya tahun ttd itu dibuat (1997). DS itu inisial dari "dark skin", tulisan stiker di motor suzuki tornado GX-ku.
.
Terpaksa aku bikin slip penarikan baru dgn ttd versi tahun 1997, padahal waktu itu tahun 1998, dan langsung kututup rekening itu. Di situ aku berjanji dalam hati, untuk tak lagi ganti2 ttd. Apalagi pake aksesoris tahun dan inisial gak jelas.
.
Kejadian itu membuat aku tersadar, ternyata aku pernah alay.
.
Meskipun sekarang ttd ku gak bagus2 amat, aku bersyukur pernah menjalani proses pencarian bentuk ttd. Karena ternyata dalam peradaban hitam di atas putih ini, ttd dianggap sebagai wujud representasi eksistensi diri. Apalagi, semakin ke sini, semakin banyak yg harus dittdi. Apa2 harus di ttd i.
.
Coba kalau dulu aku males berimprovisasi, pasti ttd ku sekarang akan sama persis dengan tanda tangan bapakku yg "esret..esret..esret.." itu.
.

Komentar