Bell's Palsy Akhir Tahun

Apa yg lebih sederhana dari gerakan mengrenyitkan dahi, menaikkan alis, berkumur, senyum, meludah, bersiul, atau mengkembungkan mulut?
.
Itu adalah gerakan2 basic, default, dan standar; yg telah terberikan sejak lahir. Semua bisa melakukannya tanpa perlu latihan atau skill khusus. Mangkanya, orang yg bisa melakukan gerakan2 itu, tak pernah (dan tak perlu) dianggap prestasi. Tak perlu juga harus bersyukur karena bisa melakukan gerakan2 itu. Biasa saja.
.
Sampai kemudian, tiba2 aku dikejutkan dgn kedatangan tamu tak diundang: BELL'S PALSY. Disitu aku menyadari, gerakan2 yg aku anggap sebagai gerakan basic, default, dan standar itu; ternyata adalah gerakan yg rumit dan: canggih!
.

.
Ceritanya begini...
.
Beberapa hari sebelumnya, menjelang libur natal dan tahun baru, aku sudah merasa ada yg aneh dgn bibirku. Ketika aku sikat gigi, aku seperti merasa tak bisa merasakan bibir atas, sebelah kiri. Ketika berkumur, aku merasa, banyak air yg keluar dari bibir kiri itu. Begitu juga ketika meludah. Tapi aku belum curiga apa2.
.
Dua hari kemudian, selain masalah dgn bibir, aku mulai merasakan berat di bagian kepala belakang. Rasanya seperti kecentit, atau karena salah posisi tidur. Aku tetap tak berpikir macam2. Bahkan, aku tetap berangkat ke malang naik motor. Malam hari, dan  hujan2.
.
Selama di Malang, aku merasa tengkukku semakin berat. Air mata semakin sering keluar dari mata kiri, seperti menangis. Aku semakin tak bisa kumur dan meludah dgn baik, karena aku tak bisa gerakkan bibir kiri. Di situlah, aku mulai mengeluh pada istriku.
.
"Jangan2 stroke!" begitu kaget istriku. Aku lebih kaget lagi, tapi aku tak bisa membantahnya, karena ciri2nya memang mirip dgn orang stroke: lumpuh separuh.
.
Besoknya, aku semakin merasa ada yg aneh dgn wajahku. Wajah sebelah kiri. Aku tak bisa menggerakkannya, seperti aku gerakkan wajah kananku. Bayang2 penderita stroke mulai menghantuiku. Bayang2 terbaring tak berdaya di ranjang. Bayang2 tak bisa bekerja. Seumur hidup. Sangat menakutkan.
.
Pingsan Di Pasar
.
"Ah mungkin ini karena aku jarang olah raga", pikirku. Mumpung masih cuman wajah, aku harus segera lawan dgn olah raga. Aku harus melawan. Harus. Lawan!
.
Setelah aku antar istriku di pasar, diam2 aku pergi ke perumahan sebelah. Di sana ada taman/lapang. Tekadku, aku harus olah raga. Putar keliling 3 kali rasanya aku mampu. Setelah 3 putaran, ah rasanya tambah satu lagi aku masih kuat. Setelah 4 putaran, ah tanggung, 5 sekalian.
.
Setelah 5 putaran, aku kembali ke pasar untuk jemput istri. Di situ, tiba2 kepalaku berkunang2. Dada sesak. Nafas tersengal2. Aku cari tempat sekenanya untuk baring. Tidak lama aku berbaring, tiba2 istriku datang. Dia terkejut melihat aku terbaring di bawah motor.
.
Lalu dia menyuruh aku naik motor, dia yg bawa motor. Begitu aku duduk di jok belakang, kepalaku semakin berat. Berat. Lalu... zzleepp... tiba2 aku sudah masuk di dunia mimpi. Aku sedang bicara dengan 2 orang, entah siapa dan bicarakan apa. Aku lupa.
.
Lalu, tiba2 aku terbangun. Istriku sudah di sampingku, memelukku dan menyuruhku batuk. Ku lihat banyak orang di sekitarku. Aku tak tahu kenapa tiba2 banyak orang di situ. Aku masih lemas. Perlahan aku menyadari,  barusan aku pingsan. Aku tak tahu berapa lama aku pingsan, dan bagaimana aku pingsan.
.
Istriku syok melihat aku tiba2 pingsan, di: pasar! Dia mengira aku kena serangan stroke. Bahkan dia sempat berpikir, aku kena serangan jantung.
.
Aku pulang dibonceng orang yg tidak aku kenal. Dia memegang erat tanganku, kuatir aku terjatuh dari motor. Aku masih lemas. Kepala masih terasa berat. Semoga orang itu diberikan kesehatan dan limpahan rejeki.
.
Sesampainya di rumah, aku hanya terbaring. Aku semakin menyadari, aku tak lagi bisa menggerakkan wajahku sebelah kanan. Semakin aku berusaha menggerak2kan wajah, semakin terlihat tidak normal wajahku. Wajahku mencong. Alis. Mata. Pipi. Hidung. Bibir. Sebelah kanan, tak bisa kugerakkan. Tiba2 aku kehilangan kendali wajah kananku.
.
Aku sempat meyakini ini adalah stroke. Atau setidak2nya gejala stroke. Secara mental, aku terpukul. Istriku, sepertinya juga terpukul. Apalagi, dia masih syok melihatku tiba2 pingsan di pasar.
.
Sarjana Hukum Melawan Bell's Palsy
.
Beberapa orang dan teman menyarankan untuk segera ke rumah sakit. Semua bilang, itu adalah gejala stroke. Tapi aku tak mau ke rumah sakit. Atau, belum mau. Istriku sebenarnya juga tak mau, tp dia sempat menawariku untuk ke dokter atau rumah sakit. Aku tahu dia tak serius mengajakku ke rumah sakit.
.
Entah bagaimana ceritanya, tiba2 dia teringat Rano Karno. Dalam keterkejutannya, dia masih sempat browsing tentang sakit yg pernah diderita Rano Karno. Di situ, dia mulai curiga aku menderita sakit yg diderita Rano Karno. Ciri2nya sama. Wajah mencong sebelah.
.
Mulailah dia meyakini bahwa aku terkena serangan bell plays. Dia meyakinkan aku, ini bukan stroke. Ini bell plays, katanya. Apa itu bell plays? dia menjelaskan berdasarkan berita2 dan artikel2 tentang bell plays. Aku mulai setuju dgn penjelasannya.
.
Setelah aku ikut membaca tulisan2 itu, ternyata dugaanku benar. Dia salah baca. Aku sudah curiga dari tadi. Bukan bell plays, tapi bell's palsy. Nama penyakit yg gak populer dan kebarat2an. Wajar kalao istriku salah sebut/baca. Apalagi bibirnya memang tak bersahabat dgn istilah2 asing kebarat2an begitu.
.
Kabar baiknya adalah aku bukan kena stroke. Ciri2ku identik dengan ciri2 pengidap bell's palsy. Memang gejalanya agak mirip dgn stroke, tapi bell's palsy bukanlah stroke. Bell's palsy relatif bisa disembuhkan. Kabar buruknya, jika berlanjut, wajahku akan semakin miring/petot sebelah. Dan recovery penyembuhan bisa berbulan2. Bahkan ada yg bertahun2.
.
Sungguh aku tak menyangka bisa mengidap penyakit yg tidak populer dan tidak mainstream ini. Penyakit yg namanya terdengar lebih cocok dijadikan merk mobil sedan ini, terdengar seperti penyakit impor dari eropa. Ketika aku divonis terkena penyakit ini, rasanya kayak tersanjung bagaimana gitu..
.
Istriku bertekad akan merawatku secara mandiri. Tanpa dokter, dan tanpa obat. Seorang sarjana hukum, dan pemegang ijin praktek pengacara dari Peradi, memberanikan diri melawan bell's palsy. Padahal Rano Karno (referensi pertamanya itu) sampai melakukan pemeriksaan di Singapura ditangani dokter-dokter yg berpengalaman.
.
Sebagai sarjana hukum, jelas dia bukan lulusan keperawatan, kebidanan, apalagi kedokteran. Ia juga tak pernah ikut pelatihan atau kursus pengobatan alternatif, tabib, dukun, atau sejenisnya. Modalnya hanya 2: keyakinan dan kuota internet. Sebenarnya sih dalam hati kecilku, aku yakin dia punya motivasi ini: penghematan.
.
Ya sudah aku manut saja, mengikuti semua program yg dia terapkan. Disuruh makan apapun, dan melakukan apapun aku manut saja. Kalaupun ada apa2, setidaknya ini bukan malpraktek, karena ini: suka sama suka.
.
Program pertama yg dia rencanakan cukup ekstrim: makan sayur kelor 10 hari berturut2. Jika sehari makan 3 kali, maka  dalam 10 hari aku harus makan 30kali. Secara berturut2!
.
Aku gak tahu dia dapat referensi darimana bahwa kelor bisa menyembuhkan bell's palsy. Tidak ada satupun artikel yg membahas itu. Jadi itu lebih ke arah coba2. Lagian, SDK (sumber daya kelor) berlimpah. Tinggal petik di halaman rumah, tanpa perlu membeli. Jangankan 10 hari berturut2. 30hari berturut pun cukup.
.
Di hari ketiga, tiba2 dia hentikan program makan kelor setelah dia baca artikel terlalu banyak makan kelor bisa mengakibatkan sakit perut, gangguan ginjal, liver, kerusakan sperma dan ejakulasi dini. Iya... ejakulasi dini. Rupanya dia mulai kuatir...
.
Program kedua adalah terapi pijat wajah, 2 kali sehari. Berbekal video yg di download dari youtube, dia pijat wajahku pagi dan sore hari, atau kapan pun dia mau, pakai minyak kayu putih sebagai minyak urut, lalu dibilas pakai air hangat. Beberapa kali kehabisan minyak kayu putih, dia ganti dengan minyak goreng. Wajahku mengkilat seperti tahu bulat yg baru diangkat dari wajan.
.
Sebelum dipijitkan di wajahku, minyak urut dibaca2kannya doa. Entah doa apa yg dia bacakan. Setelah selesai berdoa, dia tiup minyak urut. Melihat dia meniup dgn penuh penghayatan, aku merasa seperti pasien kesurupan.
.
Program ketiga, minum air madu. Madu merk apa saja. Madu dicampur air hangat. Kadang diberi jahe, kadang tidak. Diminum setiap setelah makan.
.
Program keempat, konsumsi bawang putih. Awalnya dia suruh makan mentah2. Tapi karena gak enak, dia gak tega paksa aku makan mentah2. Sejak itu semua masakannya dia beri bawang putih lebih banyak. Bahkan masakan yg seharusnya tidak pake bawang putih, dia kasih bawang putih.
.
Program kelima, senam wajah. Setiap saat, kapanpun dia ingat, dia sering memintaku melakukan gerakan2 wajah. Tengah malam pun ketika dia terbangun, dia memintaku untuk nyengir, tersenyum, atau mengkembungkan mulut.
.
Program kedua dan kelima terus dia terapkan hingga hari ini. Hari kesebelas sejak pertama kali terkena bell's palsy, alhamdulillah, ada perkembangan yg sangat signifikan. Padahal, di internet, banyak yg menyebut penderita bell's palsy baru sembuh setelah berbulan2, bahkan bertahun2, melakukan terapi.
.
Aku mulai bisa senyum simetris, mengangkat alis, menutup mata satu, minum tanpa tumpah, bersiul, berkumur, mengkembungkan mulut, dan meludah. Belum 100% sih, tp sudah signifikan. Setidaknya sudah PD lah besok masuk kantor.
.
Btw, bell's palsy menyadarkanku bahwa gerakan2 wajah yg kelihatan sepele dan gak penting, ternyata dibangun oleh sistem saraf dan urat yg rumit. Saraf dan urat itu sengaja diciptakan agar manusia bisa menaikkan alis, menutup mata, menggerakkan bibir, tersenyum, bersiul, mengkembungkan mulut, dan lain2. Semua itu dilakukan secara simetris!
.
Tapi saraf dan urat di wajah tidak berarti apa2 ketika tuhan mencabut kuasa dan kewenangan untuk bisa menggerakan saraf dan urat itu.
.

Komentar