10 Tahun Megapro

Honda Megapro 160 CC tahun 2007 warna hitam strip biru. Kupakai motor itu sejak tahun 2008 di Malang, setelah sebelumnya kupakai motor Yamaha Vega 99 CC tahun 2000 warna merah (dan putih). Sebelumnya lagi, aku pakai motor Suzuki Tornado CX 99 CC warna hitam strip merah.
.
Motor Megapro itu mulai menemaniku setelah istriku melahirkan anak pertama, Sandy. Sebenarnya sudah agak lama ibuku menyuruhku untuk pakai motor itu, tapi aku belum mau karena istriku mengeluh sakit pinggang kalau naik motor itu. Ketinggian katanya. Aku maklum, karena waktu itu dia sedang hamil, anak pertama. Tapi dalam hati aku sudah incar motor itu. Cepat atau lambat aku akan pakai motor itu.
.

.
Motor itu cukup gagah di jamannya, sedikit di bawah Honda Tiger yang waktu masih hits. Meski masih standar 100%, motor itu sudah bisa mendongkrak rasa percaya diri di jalanan. Asal tidak ada motor Honda Tiger.
.
Tarikannya mesinnya sangat greng di jalanan datar atau menanjak. Pernah aku coba di tanjakan menuju Payung, sama sekali tidak ada hambatan. Lancar jaya. Aku tarik gas maksimal, bisa menjangkau kecepatan 110km per jam, dan sepertinya masih bisa dinaikkan. Tp sayang stok nyali yg sudah habis. He...he...
.
Handling-nya juga mantap. Mampu untuk dibuat meliuk2, dan bermanuver di kemacetan. Stang sangat seimbang, membuat kenyamanan berkendara.
.
Suspensinya cukup lembut, baik yang depan maupun belakang. Semakin terasa lembut ketika digunakan berbocengan. Tempat yg pas untuk menguji suspensi motor adalah di jalanan Kerto-Kerto, kompleks kos2an di Malang. Hanya di jalanan inilah polisi tidurnya dibuat cekung, bukan cembung seperti polisi tidur pada umumnya. Hasilnya, menurutku, bagus. Empuk dan nyaman.
.
Bagian yg paling aku suka dari motor ini adalah lampunya. Terutama lampu belakang. Cukup besar, gagah, dan terang. Desainnya sporty. Bahkan bagian ini lebih keren dari Honda Tiger.
.
Konsumsi bbm-nya standar, tidak terlalu boros untuk motor dengan mesin 160 CC. Bensin 2 liter cukup untuk perjalanan Malang-Batu PP. Itupun tidak habis bis. Cukup ekonomis.
.
Tapi apa yg abadi di dunia ini? Apalagi untuk benda (motor) buatan mahkluk hidup yang bernama manusia, si mahkluk yg penuh khilaf dan salah. Yg tak segan melakukan dosa setelah melakukan tobat. Yg tak malu bertobat, sambil di hati kecilnya tersimpan rencana melakukan dosa lagi. Yg kalau melakukan dosa, lihai mencari2 alasan pembenar.
.

Setelah beberapa tahun kupakai, motor itu tak lagi sekeren ketika awal2 aku pakai. Perlahan tapi pasti, warna motor itu mulai kusam. Cahaya lampunya tak lagi setegas yg dulu. Mesinnya beberapa kali harus diservis. Bannya menipis. Rem mulai tak pakem. Rantai harus disetel agar tak kendor.
.
Aku tetap pakai motor itu, meski aku sadar dia tidak seperti yang dulu. Aku tak lagi sering2 membawanya ke luar kota. Pernah, tapi tidak sesering dulu.
.
Pelan tapi pasti motor itu menjadi renta. Semakin banyak onderdil yg harus diganti secara berkala. Busi, ban, kampas res, kampas kopling, kabel rem, kabel gas, kabel kopling, lampu, pelampung bensin, dan pernik2 lainnya yg aku tidak hafal namanya.
.
Sampai kemudian yg aku kuatirkan sejak lama terjadi: tangki bensin bocor. Sudah agak lama kudengar desas2us yg bilang kelemahan terbesar motor Megapro (dan motor laki lainnya) adalah tangki bensin. Yg biasa pake pertamax aja banyak yg bocor, apalagi yg pake premium si bensin kuning. Kalau sekarang tidak bocor, itu hanya karena belum. Suatu saat pasti akan bocor. Tidak akan lama. Dan benar, motorku akhirnya kena juga. Sakit rasanya.
.
Sejak saat itu tangki motorku tidak saja kusam, tapi juga berkoreng bekas solder penambal bocor. Tambalan itu tak menjamin tangki tidak bocor lagi. Tetap akan bisa bocor di titik yg lain. Tukang soldernya bilang, "kalau sudah kena begini, biasanya merambat terus". Sakit rasanya.
.
Lepas masalah dari tangki bocor, tiba2 oli shockbeker depan, sebelah kiri, bocor. Ada rembes oli di shockbeker depan. Sebelah kiri. Aku biarkan saja karena mengira itu masalah sepele karena tidak berhubungan dengan mesin. Selama mesin masih hidup, tancap gas terus.
.
Tapi itu salah. Salah besar. Perlahan bocoran oli itu membasahi pengunci ban yg terikat di shockbeker depan sebelah kiri. Perlahan oli itu membuat pengunci ban itu tidak lagi kokoh terikat di besi shocbeker. Pengunci ban itu semakin lama semakin kendor dan melorot.
.
Sampai suatu ketika, tanpa aku sadari, pengunci ban itu tidak saja melorot tp juga mulai terputar dan bergeser dari tempat asalnya.
.
Ketika itu, aku sedang malaju cukup kencang, tiba2 kudengar suara yg cukup keras. "Daaakkk!!". Untung aku langsung sigap mengendalikan motor yg sempat oleng sesaat setelah bunyi yg keras itu. Begitu aku bisa kendalikan motor, langsung aku berhentikan motor. Kulihat apa yg sebenarnya barusan terjadi. Busyeettt. Ternyata pengunci ban itu menghantam jeruji ban. Sangking kerasnya, 8 jeruji roda patah, dan as ban pecah! Aku beruntung tidak terjatuh. Langsung masuk UGD. Bengkel maksudnya.
.
Tragedi berikutnya adalah ketika aku terlambat ganti oli. Aku sebenarnya sadar telah telat mengganti oli, tapi aku tak menduga akibat terlambat ganti oli ternyata serius. Oli yg ada di mesin ternyata bisa habis. Iya habis. Akibatnya mesin2 itu bekerja tanpa pelumas di dalamnya.
.
Ketika kubawa ke bengkel, tukang servisnya terkejut, di dalam mesin tidak ada setetes pun oli. Langsung, tanpa basa2i, tukang servis bilang "harus turun mesin!!". Untungnya, setelah turun mesin, motor kembali sehat. Tapi ya begitu, harus gerogoh dompet agak dalam.
.
Sejak saat itu aku jadi sensitif dengan oli mesin motorku. Semacam trauma, jangan sampai terulang. Setiap 3-4 bulan selalu kubawa ke bengkel untuk ganti oli. Sangking traumanya, bisa kurang dari 2 bulan. Kadang tukang bengkelnya kaget melihat buangan oli-ku yg masih cukup bersih.
.
Yang aku tidak mengerti adalah kenapa setiap orang lain pakai motor itu, selalu mengeluh setirnya miring/silir. Padahal aku yg setiap hari pakai, biasa2 saja. Tidak ada masalah. Cuman memang setiap pakai motor itu, tanganku terasa kemeng. Kemeng sekali. "Ya itu karena stirnya miring" katanya orang2.
.
Bukan cuman itu. Kalau dibuat berbelok, roda ban depan seperti mbliyut. Kalau tidak terbiasa bisa saja terjatuh. "Ya itu karena stirnya miring" katanya orang2.
.
Karena itulah aku sempat tidak pakai motor itu untuk berangkat-pulang kantor. Cukup lama. Lebih dari 3 tahun. Aku pakai motor itu hanya sampai di tempat parkir dekat stasiun, lalu lanjut naik kereta. Nyaris tak pernah kupakai kemana2 selain ke stasiun untuk berangkat kerja. Praktis, sehari motor itu hanya menempuh perjalanan 3an km.
.
Sangking jarangnya aku pake motor itu untuk perjalanan jauh, pajak motor sempat tidak terbayar. Bahkan, SIM ku yg terlanjur mati tak pernah kuurus lagi. Kan, naik kereta tak perlu punya SIM.
.
Hingga kemudian ada sedikit rejeki, aku opname-kan motor itu. Di dua bengkel sekaligus. Satu mengerjakan mesin, satunya lagi mengurusi masalah stang setir yg miring/silir dan stel bodi.
.
Habis cukup banyak, tapi hasilnya lumayan. Motorku kembali sehat wal afiat. Mesinnya kembali garang, handling-nya juga menawan. Tak lagi membuat tangan kemeng. Tapi tampangnya tetap kusam.
.
Sejak saat itu aku kembali pakai motor itu seperti dulu. Perjalanan jauh gak masalah, termasuk untuk perjalanan berangkat pulang kantor. Pajak kubayar lunas. SIM telah kudapat. Kemana-mana gak masalah. Ada razia motor pun kuhadapi dengan ketenangan jiwa.
.
Tak lama berselang, masalah lama kembali datang. Tangki bensin bocor. Kubawa ke tempat bengkel tangki motor. Orangnya bilang "Kalau cuman disolder percuma mas. Bocornya akan datang lagi, dan lagi".
.
"Trus gimana?" tanyaku.
.
"Ini harus dipotong bagian bawah. Diganti besi baru. Disambung" jawabnya.
.
Aku tidak mengerti jawabannya, dan tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya, tapi aku iyakan saja.
.
Setelah beberapa hari opname, tangki bensin beres. Tak lagi bocor. Tapi secara visual, tampang tangki bensinku semakin sangat memprihatinkan. Seperti besi rombeng. Tapi setidaknya tangki bensinku tak akan bocor lagi.
.
Melihat kondisi motor dan sejarah perawatannya, juga kondisi perekonomian, sudah cukup lama terpikir untuk menjual motor itu. Tapi hati kecil tidak yakin akan bisa terjual. Terjual pun aku tak yakin harganya pantas. Di saat orang bisa dengan mudah dapat motor baru hanya dengan uang DP 500an rb, apa iya ada orang yg mau beli besi tua, eh, motor itu.
.
Tapi rejeki betul2 ada di tangan tuhan. Di saat hati sedang meyakinkan diri untuk tidak lagi berniat menjual, dan akan tetap memakai motor itu, tiba2 ada telpon masuk menanyakan "motor megapronya dijual kah?".
.
Begitulah akhirnya. Motor itu kini berpindah tangan dengan harga yang manusiawi. Ada perasaan sedih, tapi ini adalah jalan yg terbaik (cuih).
.
Aku masih sering melihat motor itu lewat di depan rumahku. Ingin rasanya mengejarnya dan memeluknya. Hi..hi.. ; (
.

Komentar