Prestasi Puasa

Sejak SD kelas 4 sebenarnya aku sudah mulai puasa, tapi bogang2. Sebelum kelas 4 hanya puasa bedhug. Adhan Dhuhur buko, lalu sambung puasa lagi sampe Maghrib. Kelas 1 SMP aku mulai bisa sebulan penuh. Sampai maghrib. Sebulan penuh. Bukan cuman puasa, aku juga terawih dan tadarus setiap hari, hingga larut malam.
.
Jika prestasi puasa diukur dari berapa banyak amalan, rasanya puasa masa2 SMP (dan awal2 tahun SMA) adalah prestasi puasa terbaikku yg belum terpecahkan hingga saat ini. Itulah fase dimana aku berada pada lingkungan yg mendukung untuk maksimal di bulan Ramadhan: teman ngaji.
.
Pasca fase itu, prestasi puasaku mulai menurun seiring dengan perubahan lingkungan pertemanan. Aku tetap puasa sebulan penuh, tapi kegiatan lain, seperti teraweh dan tadarus, mulai kendur. Bogang2.
.
Terhitung sejak pertama kali aku bisa puasa penuh hingga sekarang ini, baru sekali aku sengaja mokel puasa. Waktu itu aku harus berdesak2an di pelabuhan ketika mudik di kampung istri. Tahun 2011. Siang hari yg terik dengan membawa beberapa tas besar. Uyel2an dengan ratusan orang. Aku merasa gak yakin kuat, akhirnya dengan sadar aku memutuskan mokel. Ada perasaan menyesal setelah peristiwa mokel itu. Perasaan yg masih terasa sampai sekarang, karena tanpa mokel pun sebenarnya waktu itu aku tidak akan sampai pingsan, apalagi tewas.
.
Karir puasaku ternoda dengan skandal  mokel di pelabuhan itu.
.
Beberapa tahun belakangan ini, perlahan aku mencoba untuk mencapai prestasi puasa masa SMP dulu. Belum bisa melampaui, tapi setidaknya mendekati. Puasa yg baru selesai beberapa jam yg lalu termasuk yg telah berusaha mendekati. Semakin mendekat dibandingkan puasa tahun kemarin. Alhamdulillah, ini patut disyukuri.
.

Yg juga perlu untuk diyukuri bulan puasa tahun ini adalah: untuk pertama kalinya, Sandi puasa sebulan penuh tanpa putus! Iya, dari imsak sampai maghrib. Sebulan penuh! Tahun kemarin dia sudah puasa sampai Maghrib, tapi cuman beberapa hari saja. Puasa penuh dalam sebulan itu jelas merupakan prestasi yg melampaui prestasi bapaknya yg baru bisa puasa penuh kelas 1 SMP.
.
Ada hal yang sama antara puasa penuhku pertama kali dan puasa penuhnya Sandi pertama kali, yaitu: lingkungan yang mendukung.
.
Lingkungan yang mendukung yang pertama adalah: mamanya. Dalam kondisi hamil 7 bulan, mamanya, memberikan dukungan yang sangat penuh kepada Sandi untuk bisa kuat dan enjoy menjalani puasa penuh. Padahal dia sendiri tidak bisa ikut puasa. Dari hari pertama, hingga hari terakhir, dia adalah orang yang paling repot menyiapkan kebutuhan puasa. Belanja, masak, cuci piring, menyaji, bahkan menyuapi Sandi. Untuk memastikan Sandi makan dengan jumlah yang cukup, dia selalu menyuapi sandi, terutama makan sahur. Jika makan sendiri, dia kuatir makannya tidak banyak.
.
Lingkungan yang mendukung yang kedua adalah: teman2nya. Ada cukup banyak anak seumuran Sandi di perumahan. Hampir semua ikut puasa. Atau setidak-tidaknya ikut heboh. Main menjelang maghrib, berburu takjil di masjid, sholat maghrib, sholat teraweh di masjid, lalu main bola atau kembang api di lapangan. Suasana itu yang membuat Sandi tidak pernah merasa sendirian berpuasa. Semakin menjelang akhir bulan, dia semakin enjoy dan terbiasa.
.
Lingkungan yang mendukung yang ketiga adalah: TV. Setiap sahur, sambil disuapi, acara TV yang selalu dia lihat adalah Ini Talk Show. Begitu bangun, yang selalu diputar adalah acara itu. Aneh, padahal sebelum bulan puasa, dia nyaris gak pernah nonton acara itu. Selain Ini Talk Show, yang dia sangat nikmati adalah sepak bola: Liga Champion. Kebetulan selama bulan puasa, ada beberapa pertanding bola yang kebangetan seru-nya. Parade comeback. Dari fase perempat final, sampai final. Dia sangat menikmati, meskipun jagoannya, Barcelona, menjadi korban comeback-nya Liverpool.
.

Komentar