Datang Lagi Yang Ketiga

Sesungguhnya aku masih punya perasaan terkejut dengan kelahiran Syifa, yg lahir 11 tahun setelah kakaknya lahir. Selama ini aku mengira telah ditakdirkan menjadi orang tua anak tunggal. Tp aku hanya manusia yg cuma bisa berencana dan menebak2. Tuhan yg menentukan semuanya.
.
Dalam perasaan yg masih terkejut itu, dan Syifa baru saja berumur 1 tahun; tiba2 istriku hamil lagi! 
.
***
.
Subuh itu, seperti biasa, aku bangun lalu bergegas wudhu pergi ke masjid. Istriku juga terbangun lalu hendak mematikan AC. Tp remote yg dicarinya, terjatuh di bawah tempat tidur. Karena buru2 ke kamar mandi, aku tak sempat mengambilnya.
.
Ketika aku di kamar mandi, dia berusaha sendiri mengambil remote dgn merayap di bawah kolong tempat tidur. Di bawah kolong itu, katanya tiba2 kepalanya pusing berkunang2. Dia berhenti sejenak berbaring di kolong, sambil matikan AC dari kolong tempat tidur. 
.
Paginya, dia pergi ke pasar membeli sayur dan ikan. Juga semangka. Setiba di rumah semangka itu diirisnya menjadi beberapa bagian. Dia baru ingat, di kulkas masih ada semangka yg kemarin dia beli tersimpan di kulkas. Dia makan beberapa potong semangka di kulkas itu.
.
Tidak lama setelah itu, kepalanya pusing lagi seperti td subuh. Berkunang2. Dia tertegun, mengira dia sedang sakit suatu yg serius. Atau jangan2 karena makan semangka. Tp sepertinya bukan, karena sebelum makan semangka td, dia sudah berkunang2 di kolong tempat tidur.
.
Di google dia berusaha mencari tahu, gejala apa itu. Ada beberapa kemungkinan, kata google. Bisa karena darah rendah, kurang tidur, kelelahan, atau bisa karena adanya perubahan hormon tubuh misalnya kehamilan. Dia tidak bisa memastikan yg mana penyebabnya. Tp sama sekali tidak terpikir kemungkinan yg terakhir. 
.
Hari demi hari berjalan, dia mulai menyadari dia belum datang bulan yg seharusnya setiap tgl 21, tp waktu itu sudah 31 Oktober 2020 belum juga datang bulan. Istriku belum 100% yakin keterlambatan itu karena hamil. Dia pikir mungkin karena faktor lain, ia tidak tahu apa..
.
Sampai kemudian di memberanikan diri untuk membeli tespek, dan mencoba menggunakannya. Hasilnya: dua garis! 
.
Antara percaya tidak percaya.
.
Terus terang selama ini memang aku tidak punya strategi untuk mempercepat atau menunda kehamilan. Aku bercinta dengan istriku seperti biasa. Tanpa pertahanan, dan tanpa strategi. Bercinta apa adanya. Polos. Waktunya keluar, keluarlah. Toh waktu itu, kehamilan Syifa membutuhkan waktu 11 tahun setelah kelahiran Sandi. Apa iya sekarang bisa langsung hamil. Kira2 begitu alam bawah sadarku..
.
Ternyata kita salah. Dia hamil lagi. Aku tidak menyesal, aku hanya terkejut. Secepat itu kah.. 
.
Bersamaan dengan kehamilan itulah, aku dinyatakan lolos seleksi. Dalam bayanganku proses seleksi dan penempatan akan tuntas sebelum istriku melahirkan, sehingga aku tetap dapat menemaninya melahirkan. Bahkan jika memungkinkan, istriku akan melahirkan ditempat aku ditempatkan nanti. 
.
Tapi aku salah. 
.
SK penempatan datang begitu lambat, sedang perut istriku semakin membesar. Perhitungan dokter, istriku akan melahirkan 24 Juni. Aku sangat berharap prediksi itu benar, karena akhir Juni aku harus berangkat ke pulau seberang. 
.
Sambil menunggu akhir Juni, aku terus dampingi terus istriku. Aku jaga betul agar dia tidak terlalu capek. Sedapat mungkin aku kerjakan semua pekerjaan rumah, kecuali kalo aku harus berangkat ke kantor. Setiap pagi aku temani dia jalan pagi keliling perumahan, lalu lanjut belanja ke pasar. 
.
Tanggal 24 Juni pun tiba. Sedari pagi aku perhatikan dia, apakah ada tanda2 akan melahirkan. Aku siaga betul hari itu. Baju2 bayi dan baju ganti istriku sudah aku kemas di tas dan aku taruh di mobil. Bahkan kendi untuk ari2 pun sudah aku siapkan dan taruh di mobil. 
.
Tanda2 yg aku nantikan tak kunjung muncul. Istriku terlihat baik2 saja seperti kemarin. Sampai menjelang malam pun tidak ada gejala2 itu. Tanggal 24 Juni berlalu begitu saja. Bayi itu belum mau lahir. Tanggal 25 Juni juga begitu. Tanggal 26 Juni pun begitu. Tidak ada tanda2 akan melahirkan. 
.
Aku semakin terjepit. Aku harus segera berangkat ke seberang untuk menghadap Ketua Pengadilan, koordinasi pelantikan. Akhir Juni aku harus sdh di sana, agar masuk bulan Juli semua sudah clear
.
Aku diskusi panjang dengan istriku. Kita putuskan untuk aku berangkat tgl 27 Juni ke sana. Tidak ada pilihan lain. Istriku akan ditemani dan dijaga sama Uli dan istrinya, dan juga mungkin Aen dan suaminya.
.
Setiap hari aku pantau istriku via video call. Hari demi hari belum juga ada tanda2 akan melahirkan. Uli dan pasukannya sdh seminggu tinggal di rumah. 
.
Pada tanggal 3 Juli, jam 00:46 dini hari, Sandy kirim wa "Bapak, mama dia sakit perutnya. Ini dia pergi ke rumah sakit diantar om Uli". Aku baru baca wa itu jam 3:32. Aku hanya membalas "Bismillahirohmannirohim", karena aku sdh yakin istriku akan melahirkan malam itu.
.
Aku langsung telp Uli, tanyakan kabar istriku. Dia bilang "Sudah melahirkan mi. Dia di dalam, aku ini lg di luar. Tp aku dengar sudah lahir mi".
.
Alhamdulillah.. 
.
Aku langsung ambil wudhu, lalu sholat tahajud.
.
Jam 4:11 Uli kirim foto anakku dan istriku. Mereka baik2 saja. Istriku tersenyum di atas ranjang yang ditirai plastik. Anakku sudah lahir, dengan berat 3,5kg panjang 49cm.
.
Terus terang aku agak kuatir kehamilan istriku kali ini. Seperti kehamilannya sebelumnya, dia hanya periksa ke dokter hanya 1 kali. Tidak pernah minum obat atau multivitamin apapun. Kali ini lebih bikin kuatir, karena dia melahirkan di musim covid.
.
Aku kuatir prosedur bersalin di masa covid ini ribet dan membuat dia tidak tahan. Cerita2 orang tentang persalinan jaman covid, membuat aku semakin kuatir. Tapi syukurlah semua berjalan baik2 saja, tidak seseram yg dibicarakan orang2.
.
Ah, yg penting anakku sudah lahir. Istriku sehat. Meski sekarang aku jauh dari mereka. 
.
Aku telah menyiapkan nama untuk anakku yg ketiga ini beberapa hari sebelum istriku melahirkan. Ide dasarnya dari Sandi. Dia usul: Syafa. Setelah aku renung2kan bagus juga Syafa. Kemudian aku olah, jadilah: Archasyafa Davira Elina. Semoga kelak dia menjadi perempuan pandai dan bijaksana.
.
Seperti bapaknya..
.











Komentar