SORE HARI, SEPULANG DARI KANTOR
Masih kayak kemarin, hari ini belum tuntas juga nyelesaikan kerjaan-kerjaan ini. Melihat kertas2 menumpuk seperti itu, rasanya sebulan juga gak bakal selesai dikerjakan. Gak ada tenggat waktu, tapi gak ada juga perintah untuk gak kerjakan dengan setengah hati. Tapi sudahlah, rasanya cukup hari ini untuk berkas2 itu, toh gak ada yang peduli kalau Aku selesaikan semuanya hari ini.
Kulihat meja2 sebelah sudah kosong. Mgkn pekerjaan mereka sudah kelar, ato mereka hanya lari dari kenyataan dan berharap besok masih ada hari.
Udara semakin dingin, jarum detik terus berputar tanpa kompromi dan ruangan semakin hening, mengingatkan untuk segera bergegas pulang. Hidup dengan siklus seperti ini terkadang membosankan, tapi rasanya gak pantas Aku meratapi kebosanan ini.
Sekarang, Aku hanya ingin menikmati perjalanan pulang, walaupun nampaknya tidak mudah menikmati perjalan pulang di tengah-tengah kerumunan kemacetan, asap dan deru knalpot. Apa yang bisa dinikmati dari kemacetan ?
Seorang ibu tua maju mundur, ragu2 hendak menyeberang jalan. Seorang pemuda berpakaian rapi dan berdasi, menawarkan diri untuk mengantarnya menyeberang jalan. Di bawah pohon akasia, laki2 tua menjajakan aneka minuman
Hampir setiap hari aku melintas di jalan ini, gak pernah aku memperhatikan semua ini. Ternyata ada banyak pemandangan sepele di sepanjang jalan ini yang mestinya sekali-kali aku perhatikan, agar setiap perjalanan tidak menjadi hambar. Lumayan juga, dapat mengalihkan kepenatan dan sesaknya udara.
Tiba di jalan besar, kemacetan semakin menjadi, kemacetan yang nampak tak biasa. Jalan pintas pun tak dapat dilalui. Sebuah mobil ambulan menderu-deru tiada henti, terjebak tak berdaya di tengah kemacetan. Mungkin di dalamnya ada korban kecelakaan yang sedang menggelapar-gelepar, atau seorang perempuan yang hamil meronta-ronta kesakitan, atau mungkin mengangkut jenazah yang dari kemarin belum dikubur.
Puluhan sepeda motor berlalu lalang menerabas trotoar jalan yang baru saja direnovasi dengan anggaran ratusan juta. Jejak-jejak roda terlihat jelas, menggilas debu-debu trotoar. Pejalan kaki pun terpaksa harus berjalan waspada di pinggir-pinggir trotoar, menghindari laju motor yang menyerbu.
Komentar
Posting Komentar