Jasamu Tiada Tara
Tidak banyak yang aku ingat ketika aku sekolah di TK Kurnia, udah lama banget cing. Hampir tidak ada juga barang-barang yang bisa mengingatkan masa-masa itu, maklum foto masih barang mewah waktu itu. Orang hanya foto kalau mau urus KTP, kawinan atau sunatan.
Untungnya, sekolah itu gak banyak berubah, kecuali bangunan yang kini udah bertingkat. Pagar, halaman hingga permainan prosotan dan ayunan nyaris gak berubah. Persis, gak mbuak blas!
Aku gak tahu, mungkin di belakang sana masih ada sumur yang dulu aku sering masukin ikan sepat di situ. Kalo masih ada, mungkin sumur itu udah jadi kerajaan ikan sepat. He...he...he...
Karna liburan, ayunan dilepas |
Kelasku nampak direnovasi. Prosotan tetap yang dulu |
Guru TK adalah pekerjaan yang mulia, jasamu tiada tara.
Tidak, aku tidak pernah berak di celana!
Kepala sekolah namanya Butipa. Aku gak tau nama aslinya, tapi kita waktu itu semua selalu menyebut Butipa. Ya...Butipa, bukan ibu yang namanya Tipa. Tapi, Butipa. Gak tau kenapa begitu.
Orangnya gemuk agak pendek, selalu pake kerudung kerpus warna hitam dan, lagi-lagi, pake baju biru.
Gak tau gimana awalnya, Butipa adalah sosok yang ‘menyeramkan’ bagi semua siswa di situ. Kalo ada Butipa datang ke kelas, semua pada diam, nurut ketakutan. Di bayanganku waktu itu, Butipa adalah orang yang punya sekolah, orang yang paling punya kuasa, orang yang kejam, tidak ada seorang pun di dunia ini yang berani sama dia.
Tapi meskipun begitu, aku sering membawa pulang mainan-mainan sekolah. He..he...
Aku dulu punya temen namanya Eko (Alm, beberapa bulan yang lalu meninggal). Berangkat sekolah aku sering bareng sama dia. Gimana gak bareng, wong rumahnya sebelahan sama rumahku.
Ini toko yang paling keren itu |
Tidak ada yang beli, hanya liat-liat saja.
Di depan pagar sekolah ada beberapa penjual, berkerumun di depan pagar. Ada yang jual jajanan, kerupuk opel (kerupuk pasir), mainan tulupan (tembak-tembakan tiup dari bambu, pake peluru kacang ijo), sampai mainan gambar-gambar kwartet. Kadang ada juga yang jual keong.
Pulang sekolah, kita sering cari-cari kambing yang biasa keliaran di sekolah belakang sekolahanku. Kalo dapat kambing, kita tarik-tarik ekornya. Kambing itu teriak-teriak ketakutan. Mbeekk....mbeekkk..... Begitu dapat, kita naiki kambing itu bareng-bareng.
Kambingnya semakin lari ketakutan, lalu kita terjatuh. Gubrak!! Lalu kita tertawa terbirit-birit (lari terbahak-bahak?) Ha....ha....ha.....
Sudah, begitu saja yang aku ingat.
Pulang sekolah, kita sering cari-cari kambing yang biasa keliaran di sekolah belakang sekolahanku. Kalo dapat kambing, kita tarik-tarik ekornya. Kambing itu teriak-teriak ketakutan. Mbeekk....mbeekkk..... Begitu dapat, kita naiki kambing itu bareng-bareng.
Kambingnya semakin lari ketakutan, lalu kita terjatuh. Gubrak!! Lalu kita tertawa terbirit-birit (lari terbahak-bahak?) Ha....ha....ha.....
Sudah, begitu saja yang aku ingat.
Komentar
Posting Komentar