Sego Sambel
Rujak cingur sering diidentikkan dengan Surabaya, sebagai makanan khas dari Surabaya. Meskipun hampir semua penjual rujak cingur adalah orang Madura, tetap saja rujak cingur dianggap makanan Surabaya. Dan orang Madura gak pernah komplain, apalagi menggugat Surabaya.
Selain rujak cingur, ada juga semanggi, lontong balap dan kupang lontong yg juga diyakini sebagai makanan khas Surabaya. Aku tidak tahu siapa yang menetapkan itu, dan apa parameternya.
Mungkin karena resep makanan2 itu diciptakan oleh orang2 yg ber-KTP surabaya, atau bahan2nya hanya ada di surabaya, atau hanya dijual di surabaya, atau karena sangat digemari orang2 Surabaya.
Tapi rasa2nya bukan rujak cingur atau semanggi yg paling digemari orang Surabaya, karena ada makanan lain yg sangat jauh-jauh lebih digemari orang Surabaya, tapi anehnya tidak diakui sebagai makanan khas Surabaya. Makanan itu adalah ini: sego sambel!
Ada yg menyebut sego sambel, ada yang bilang penyetan. Sama saja.
Di mana2 ada warung penjual sego sambel. Mulai dari gerobak, warung tenda sampai depot permanen. Bahkan restoran pun ikut2an jualan sego sambel. Mulai dari tempe, tahu, iwak asin, iwak pe, lele, ayam, mujaer, bebek hingga belut.
Elemen utama dari sego sambel, selain sego (nasi), tentu saja sambel. Sambel yg pedas dan berminyak terasa sangat jancuk! (baca: mak nyus)
Minyak goreng adalah elemen utama pada sego sambel. Tidak peduli apakah itu minyak goreng kemasan atau curah. Tidak peduli minyak goreng baru atau jelantah. Semakin berminyak, semakin jancuk!
Meskipun banyak yg tau minyak goreng, apalagi jelantah, tidak baik untuk kesehatan, tetap saja sego sambel membuai banyak orang Surabaya, hingga bercucuran keringat. Mulai dari kuli bangunan, karyawan pabrik sandal japit, SPG rokok kretek, mahasiswa, pengacara, dosen, sampai pejabat. Semua suka sego sambel.
Sayang sego sambel tidak diakui sebagai makanan khas Surabaya. Semoga Malaysia tidak mengklaim sego sambel.
Komentar
Posting Komentar