Hakim
Dulu aku pernah ikut seleksi hakim di pengadilan tinggi, tapi tidak lolos. Tapi aku tidak sedih, kecewa, apalagi meronta-ronta. Biasa aja.
Bukan cuma aku yang tidak lolos, tapi buaanyak. Dari ribuan peserta, cuman sekitar 5 yang akhirnya diangkat jadi hakim.
Yang lolos, tentu saja, bersyukur. Yang tidak lolos, ada sih yg nyantai aja kayak aku ini, tapi lebih banyak yg nggrundel. Tuduh sana tuduh sini. Main duit-lah. Main koneksi-kah. Main beking-lah. Pokoknya main-main gitu-lah.
Belakangan aku baru ngrasa sistem seleksi hakim itu ternyata tidak efektif. Kurang selektif. Tidak profesional. Amatiran!
Yg diloloskan jadi hakim, ternyata banyak yg tidak tahan dengan godaan duit. Palunya bisa dibeli. Murah.
Sebaliknya, yg tidak diloloskan ternyata punya bakat untuk jadi hakim. Mereka mudah menghakimi, dan memberikan vonis. Orang2 yang tidak pernah ikut seleksi hakim pun gampang menghakimi. Bahkan banyak juga yg main hakim sendiri.
Komentar
Posting Komentar