Surabaya Tanpa Dolly
Aku masih ingat, dulu, hampir setiap pagi dan siang aku lewat situ. Awalnya aku gak terlalu ngeh itu tempat apa. Tapi seiring waktu, aku mulai banyak mendengar tempat apa itu.
Memang kalau pagi, gak terlalu nampak itu tempat apa. Apalagi buat orang yg gak berpikir macam2. Memang seperti jalan pada umumnya.
Tapi kalau di perhatikan, di situ banyak sekali reklame bir dan kondom. Di setiap rumah, selalu ada perempuan2 menor berbaju seksi. Orang yg gak mikir macam2 pun akan mulai berpikir macam2. Ya... itu adalah kampung pelacuran.
Kalau hari jumat, banyak sekali rumah2 di situ yg njemur kasur, bantal, dan guling. Ada juga yg jemur sprei dan sofa.
Kata temanku yg rumahnya dekat situ, hari jumat mereka libur. Para PSK diwajibkan untuk ikut senam dan penyuluhan kesehatan di kantor kelurahan.
***
Yg paling terkenal, tentu saja, Dolly. Tapi, nJarak juga tidak kalah terkenal. Dua2nya sangat terkenal. Kalau ada yg tanya "Dolly itu dimana?" Jawabnya begini : "nJarak belok kiri".
Dolly, dan nJarak, memang legenda hidup prostitusi di Indonesia. Ada yg bilang, inilah lokalisasi terbesar di asia tenggara. Jutaan orang yg langsung dan tdk langsung menggantungkan hidupnya dari bisnis selangkangan di sini.
Bisa dibayangkan, betapa "berjasanya" tante Dolly (pendiri gang Dolly) bagi jutaan orang di sana hingga kini. Ini seperti "amal jariyah"-nya tante Dolly buat penghuni gang Dolly.
Tidak jauh dari situ, berdampingan, perkampungan padat penduduk yg tidak ada kaitannya dengan aktivitas pelacuran di Dolly. Entah siapa yang lebih dulu, mereka atau Dolly yang lebih dulu. Yang jelas mereka hidup berdampingan tanpa pembatas apapun.
Anak2 kecil di sana sudah terbiasa melihat orang2 lagi mabuk2an. Atau melihat perempuan2 berbaju seksi menanti pelanggan. Atau melihat para makelar yg sedang menawar2kan dagangannya. Atau melihat laki2 yang sedang mengincar PSK untuk dikencani. Atau melihat laki2 yang merangkul perempuan masuk di ruangan.
Entah bagaimana orang tua mereka menjelaskan apa yang sebenarnya sedang dilakukan orang2 itu?
Mereka bisa melihat itu semua setiap hari, sepulang sekolah, atau selesai mengaji, atau sambil bermain delik2an (petak umpet), layangan, atau baksodor. Banyak pula anak2 yang memang setiap hari ada di kawasan itu, karena ibunya memang bekerja di situ.
***
Hari ini, rencananya, pemkot akan menutup Dolly. Aku gak tau apakah nJarak juga akan ditutup. Mestinya sih iya, karena Dolly dan nJarak itu seperti adik-kakak.
Aku baca di koran2, luar biasa perlawanan para penghuni lokalisasi itu. Mereka tampil di TV2 untuk mendapatkan simpatik. Mereka unjuk rasa. Mereka juga meminta perlindungan dari partai politik moncong putih. Bahkan mereka juga menggelar pengajian akbar menolak penutupan lokalisasi!
Entah bagaimana cara mereka merangkai do'a agar tuhan berkenan membantu mereka agar pelacuran tetap eksis dan sukses di Dolly?
Pemkot tak bergeming dengan perlawanan2 itu, pemkot tetap akan menutup Dolly. Bahkan walikota surabaya siap mati untuk itu. Banyak yang mengingatkan pada walikota ini bahwa menutup Dolly tidak akan menyelesaikan masalah pelacuran di Surabaya. Walikota tetap gak peduli.
Aku setuju dengan walikota ini, gak usah peduli! Maju terus!!
Memang tidak mudah melarang orang melacur di Dolly ini, yg berpuluh2 tahun telah bergelimang rupiah, hanya dengan modal ngangkang. Yang bikin sesek, yg gak ikut2an ngangkang bisa lebih kaya: pemilik wisma dan germo!
***
Pelacuran itu musuh bersama yg harus dilawan bersama. Bukan cuman musuhnya walikota. Kalau sekarang walikota menutup Dolly, ya... itu kontribusi yg bisa diberikan walikota untuk melawan pelacuran. Mangkanya harus didukung.
Kalau pelacuran kemudian berpindah ke diskotik, hotel, karaoke, warung remang2, kos2an, pinggir laut, rumah kosong, atau kuburan; ya... itu juga jadi tanggung jawab kita bersama. Hayo kita lawan bareng2.
Jangan malah ikut cari2 alasan pembenar dong. Dang ding dong.
"...tante Dolly (pendiri gang Dolly)...", yang ini saya tidak setuju!!!
BalasHapusItu hasil riset partisapatory 2 hari 2 malam... he..he..
Hapus