Setengah Jawa, Setengah Sulawesi
Anakku lahir dan besar di Jawa. Ari2-nya pun dikubur di tanah Jawa. Aku juga begitu. Mbah2nya juga begitu. Dari segi itu, jelas anakku adalah orang jawa.
Tapi dia lahir dan dibesarkan oleh mama-nya yg orang sulawesi. Kakek nenek dari mamanya semua orang sulawesi. Dari segi ini, anakku adalah orang Sulawesi.
Jadi anakku itu: setengah Jawa, setengahnya lagi Sulawesi.
Meskipun mama-nya sudah 16tahun lebih tinggal di Jawa, dan hampir semua teman2nya adalah orang Jawa, tapi dia sama sekali tak bisa menghilangkan logat Sulawesi-nya. Sama sekali.
Boro2 dia terpengaruh logat Jawa, kebanyakan teman2nya justru banyak yg terpengaruh dgn logat Sulawesi. Aku juga. Dan anakku adalah "korban" berikutnya.
Itu yg bikin anakku hanya bisa bicara dgn bahasa Indonesia dengan logat Sulawesi. Dia nyaris tidak bisa bicara bahasa Jawa. Sekedar logat bahasa Jawa pun tidak bisa. Bisa sih, tapi kedengarannya jadi lucu. Lidahnya memang lidah Sulawesi.
Tapi di sekolahnya, dia dapat pelajaran bahasa daerah Jawa. Gurunya tidak peduli apakah anakku 100% orang Jawa, atau hanya setengah Jawa. Pokoknya semua yg sekolah di sekolah itu, harus ikut pelajaran bahasa Jawa.
Selama 6tahun ke depan, dia akan mengerjakan tugas, PR, dan ujian pelajaran bahasa Jawa yg sama dgn teman2nya, yg lahir dan hidup di lingkungan Jawa 100%.
Melihat dia kerjakan PR-nya, aku kasihan sekali melihatnya. Susah payah dia memahami pertanyaan2 dalam bahasa Jawa. Apalagi menjawabnya. Sekedar membaca pertanyaannya pun, bibirnya sampe monyong2.
Dia tanya mama-nya, mama-nya juga gak ngerti. Akhirnya mereka hanya nyengar2ir dan tertawa geli karena hampir semua berakhiran o.
Jawa suroboyoan aja gak bisa, apalagi kromo inggil.
Jawa suroboyoan aja gak bisa, apalagi kromo inggil.
Ini jelas tidak fair!
Pelajaran daerah harusnya diperlakukan seperti pelajaran agama. Pelajaran agama islam tidak diajarkan pd siswa kristen. Dan sebaliknya, siswa islam tidak diajarkan pelajaran agama kristen. Dan seterusnya.
Lembaga pendidikan harusnya peka dengan silsilah keluarga para siswanya. Tidak perlu dipaksakan semua siswa bisa bahasa Jawa, karena tidak semua siswa adalah orang Jawa dan berlidah Jawa. Ingat, masih ada tulisan "bhinneka tunggal ika" di kaki garuda kita.
Atau, sekalian saja, kenalkan keragaman bahasa dan logat daerah Indonesia di sekolah2, agar semua siswa memahami bahwa Indonesia itu kaya dgn bahasa dan logat daerah. Bukan cuman bahasa Jawa.
Komentar
Posting Komentar