Sejak Kapan Mencintai? /Dilarang Pulang Lebaran/3
3. Dilarang Pulang Lebaran
.
Sudah 2 lebaran dia tidak pulang kampung. Tiba2 dia ingin berlebaran di kampungnya. Kampungnya di Raha, Sulawesi Tenggara. Jauh. Perjalanan 2 hari 2 malam, naik kapal. Sandar di Bau-bau, masih harus ganti kapal lagi, perjalanan 2 jam lagi. Bisa naik pesawat, tapi mahal. Bisa 3 kali lipat. Itu pun masih harus naik kapal dari pelabuhan Kendari.
.
Karena jarak yang amat jauh itulah, teman2 kuatir dia tidak akan kembali lagi ke Malang. Untuk seterusnya. Jarak antara Malang ke Raha dengan Raha ke Malang, sama jauhnya. Jadi, jauhnya 2 kali lipat kalau berharap dia balik lagi ke Malang.
.
Mereka tahu betul cerita tentang perjuangannya ketika pertama kali di ke Malang. Perjalanan berjam2 dan berhari2 di laut lepas itu dia lalui dengan bermuntah2. Perut yang tak terisi selama 2 hari, harus disiksa dengan muntahan demi muntahan akibat hantaman ombak. Orang normal pun belum tentu sanggup.
.
Apa iya dia sanggup menghadapi itu 2 kali lagi?
.
Mereka tak rela dia pergi meninggalkan semua kenangan, dan pertemanan yang sudah begitu cair. Erat. Di mata mereka, dia bukan sekedar teman biasa. Dia sahabat. Dia adik. Dia kakak. Dia saudara. Dia badut. Dia istimewa. Meski sering menjengkelkan.
.
Ketakutan dia tak akan kembali mengalahkan logika akal sehat bahwa dia juga punya orang tua, punya keluarga, punya kampung halaman.
.
Setengah mati mereka merayu agar dia tak pulang kampung. Berbagai cara mereka lakukan. Pokoknya dia tidak boleh pulang. Titik. Mereka siap mengantar kemana pun, asal jangan pulang ke Sulawesi.
.
Aku menjadi sasaran tembak agar dia tidak pulang, karena mereka tahu aku-lah yg biasa antar2 dia. Aku-lah yg akan antar dia ke pelabuhan. Aku-lah yang dianggap paling dekat dengannya. Aku-lah yg dianggap bisa mempengaruhinya.
.
Tapi usaha mereka tak berhasil, karena sejak awal aku tidak pernah mempersoalkan dia mau pulang kampung atau tidak. Bukannya aku yakin dia pasti akan kembali, tapi aku menyadari bahwa dia juga punya keluarga di sana. Semua orang pasti ingin pulang kampung. Itu manusiawi.
.
Akhirnya dia benar2 akan pulang kampung. Tak ada yang bisa melarang. Kuantar dia ke pelabuhan. Itulah saat pertama kali aku datang ke pelabuhan Tanjung Perak. Pertama kali juga kulihat kapal Pelni yang gede banget. KM Lambelu. Buatan Jerman, panjangnya kira2 150 m. Bisa muat 2000 penumpang!
.
Setelah kapal bergerak berangkat, aku tak tahu lagi bagaimana nasibnya di atas kapal sepanjang perjalanan. 3 hari kemudian aku dapat kabar dia sudah sampai di Raha.
.
Sudah 2 lebaran dia tidak pulang kampung. Tiba2 dia ingin berlebaran di kampungnya. Kampungnya di Raha, Sulawesi Tenggara. Jauh. Perjalanan 2 hari 2 malam, naik kapal. Sandar di Bau-bau, masih harus ganti kapal lagi, perjalanan 2 jam lagi. Bisa naik pesawat, tapi mahal. Bisa 3 kali lipat. Itu pun masih harus naik kapal dari pelabuhan Kendari.
.
Karena jarak yang amat jauh itulah, teman2 kuatir dia tidak akan kembali lagi ke Malang. Untuk seterusnya. Jarak antara Malang ke Raha dengan Raha ke Malang, sama jauhnya. Jadi, jauhnya 2 kali lipat kalau berharap dia balik lagi ke Malang.
.
Mereka tahu betul cerita tentang perjuangannya ketika pertama kali di ke Malang. Perjalanan berjam2 dan berhari2 di laut lepas itu dia lalui dengan bermuntah2. Perut yang tak terisi selama 2 hari, harus disiksa dengan muntahan demi muntahan akibat hantaman ombak. Orang normal pun belum tentu sanggup.
.
Apa iya dia sanggup menghadapi itu 2 kali lagi?
.
Mereka tak rela dia pergi meninggalkan semua kenangan, dan pertemanan yang sudah begitu cair. Erat. Di mata mereka, dia bukan sekedar teman biasa. Dia sahabat. Dia adik. Dia kakak. Dia saudara. Dia badut. Dia istimewa. Meski sering menjengkelkan.
.
Ketakutan dia tak akan kembali mengalahkan logika akal sehat bahwa dia juga punya orang tua, punya keluarga, punya kampung halaman.
.
Setengah mati mereka merayu agar dia tak pulang kampung. Berbagai cara mereka lakukan. Pokoknya dia tidak boleh pulang. Titik. Mereka siap mengantar kemana pun, asal jangan pulang ke Sulawesi.
.
Aku menjadi sasaran tembak agar dia tidak pulang, karena mereka tahu aku-lah yg biasa antar2 dia. Aku-lah yg akan antar dia ke pelabuhan. Aku-lah yang dianggap paling dekat dengannya. Aku-lah yg dianggap bisa mempengaruhinya.
.
Tapi usaha mereka tak berhasil, karena sejak awal aku tidak pernah mempersoalkan dia mau pulang kampung atau tidak. Bukannya aku yakin dia pasti akan kembali, tapi aku menyadari bahwa dia juga punya keluarga di sana. Semua orang pasti ingin pulang kampung. Itu manusiawi.
.
Akhirnya dia benar2 akan pulang kampung. Tak ada yang bisa melarang. Kuantar dia ke pelabuhan. Itulah saat pertama kali aku datang ke pelabuhan Tanjung Perak. Pertama kali juga kulihat kapal Pelni yang gede banget. KM Lambelu. Buatan Jerman, panjangnya kira2 150 m. Bisa muat 2000 penumpang!
.
Setelah kapal bergerak berangkat, aku tak tahu lagi bagaimana nasibnya di atas kapal sepanjang perjalanan. 3 hari kemudian aku dapat kabar dia sudah sampai di Raha.
Komentar
Posting Komentar