Sejak Kapan Mencintai? /Saling Menjauh/4
4. Saling Menjauh
.
Nyaris tidak ada yang kusembunyikan dari dia, termasuk untuk urusan cewek. Bahkan, dia-lah yg selalu merancang strategi untuk PDKT. Bukan cuman merancang, tp juga ikut bagian dalam pelaksanaan strategi itu. Aku sering hanya meng-iyakan saja.
.
Ketika aku naksir cewek, dia selalu mendukung. Ketika lagi kosong, dia yang carikan dan pilihkan cewek. Dia kreatif merancang strategi. Konspirasi2 kecil dijalankan, demi untuk mencapai tujuan. Sebagian berhasil, sebagian gagal.
.
Ketika akhirnya ditolak, dia tidak berusaha menghiburku. Dia malah ketawa. "Justru kalau diterima, ipul yg pingsan. Kok diterima, biasanya kan ditolak...". katanya di depan masyarakat umum. Lalu tertawa terbahak2. Aku cuman nyengir tak berdaya. Tak mampu membantah..
.
Dan ketika berhasil dan akhirnya jadian, dia juga ikut senang. Pada saat itulah, perlahan kuperhatikan, dia mulai agak menjauh dariku. Mungkin sengaja menjauh. Aku tak pernah memintanya begitu. Karena dia begitu, perlahan aku juga menjauh. Saling jaga jarak.
.
Aku mulai hidup dengan hidupku dengan cewek itu, dan dia hidup dengan hidupnya dengan teman2nya, yang lain.
.
Sejak saat itu, aku tak lagi sering2 berdua sama dia seperti dulu, meski masih sering ketemu. Waktu2 kuhabiskan dgn berdua dengan cewek itu atau menyendiri di kos2an. Aku jadi jarang ke kampus. Jalan sama temen2 juga jarang. Akibatnya, Kertas gak keurus. Organisasi gak blas. Mendadak aku jadi mahasiswa rumahan.
.
Sementara, kulihat dari kejauhan, dia begitu asik bermain dan bercanda dengan teman2 yang lain. Naik gunung, begadang di kampus, nongkrong, nyanyi2 di pinggir jalan, main bola di Manifest, demo, rapat. Banyak.
.
Aku tak lagi kemana2 dengan dia. Dia punya dunia sendiri, aku juga punya sendiri. Sesekali tetap guyon2, tapi gak seguyon dulu. Kering.
.
Sampai suatu ketika, tiba2 aku merindukan sesuatu. Aku merasa ada yang hampa dengan hidupku. Aku merasa ada yg hilang. Aku seperti bukan aku. Aku tidak betah lama2 begini. Aku ingin kembali. Aku iri. Aku seperti terkurung di balik tembok yg kubikin sendiri.
.
3 bulan rasanya lama sekali. Seperti bertahun2.
.
Ketika akhirnya aku putus dengan cewek itu, orang pertama yang aku datangi adalah dia. Langsung kuajak jalan2, nonton bioskop. Kulampiaskan kesepianku. Aku kembali hidup merdeka. Seperti angin yang keluar dari balon. Wuuusssssshhh...
.
Hidupku normal lagi. Jalan, nongkrong, nge-mall, naik gunung, organisasi, angkat keber, pasang lampu, main teater, nyanyi2, makan rame2, banyak. Banyak. Seperti dulu.
.
.
Nyaris tidak ada yang kusembunyikan dari dia, termasuk untuk urusan cewek. Bahkan, dia-lah yg selalu merancang strategi untuk PDKT. Bukan cuman merancang, tp juga ikut bagian dalam pelaksanaan strategi itu. Aku sering hanya meng-iyakan saja.
.
Ketika aku naksir cewek, dia selalu mendukung. Ketika lagi kosong, dia yang carikan dan pilihkan cewek. Dia kreatif merancang strategi. Konspirasi2 kecil dijalankan, demi untuk mencapai tujuan. Sebagian berhasil, sebagian gagal.
.
Ketika akhirnya ditolak, dia tidak berusaha menghiburku. Dia malah ketawa. "Justru kalau diterima, ipul yg pingsan. Kok diterima, biasanya kan ditolak...". katanya di depan masyarakat umum. Lalu tertawa terbahak2. Aku cuman nyengir tak berdaya. Tak mampu membantah..
.
Dan ketika berhasil dan akhirnya jadian, dia juga ikut senang. Pada saat itulah, perlahan kuperhatikan, dia mulai agak menjauh dariku. Mungkin sengaja menjauh. Aku tak pernah memintanya begitu. Karena dia begitu, perlahan aku juga menjauh. Saling jaga jarak.
.
Aku mulai hidup dengan hidupku dengan cewek itu, dan dia hidup dengan hidupnya dengan teman2nya, yang lain.
.
Sejak saat itu, aku tak lagi sering2 berdua sama dia seperti dulu, meski masih sering ketemu. Waktu2 kuhabiskan dgn berdua dengan cewek itu atau menyendiri di kos2an. Aku jadi jarang ke kampus. Jalan sama temen2 juga jarang. Akibatnya, Kertas gak keurus. Organisasi gak blas. Mendadak aku jadi mahasiswa rumahan.
.
Sementara, kulihat dari kejauhan, dia begitu asik bermain dan bercanda dengan teman2 yang lain. Naik gunung, begadang di kampus, nongkrong, nyanyi2 di pinggir jalan, main bola di Manifest, demo, rapat. Banyak.
.
Aku tak lagi kemana2 dengan dia. Dia punya dunia sendiri, aku juga punya sendiri. Sesekali tetap guyon2, tapi gak seguyon dulu. Kering.
.
Sampai suatu ketika, tiba2 aku merindukan sesuatu. Aku merasa ada yang hampa dengan hidupku. Aku merasa ada yg hilang. Aku seperti bukan aku. Aku tidak betah lama2 begini. Aku ingin kembali. Aku iri. Aku seperti terkurung di balik tembok yg kubikin sendiri.
.
3 bulan rasanya lama sekali. Seperti bertahun2.
.
Ketika akhirnya aku putus dengan cewek itu, orang pertama yang aku datangi adalah dia. Langsung kuajak jalan2, nonton bioskop. Kulampiaskan kesepianku. Aku kembali hidup merdeka. Seperti angin yang keluar dari balon. Wuuusssssshhh...
.
Hidupku normal lagi. Jalan, nongkrong, nge-mall, naik gunung, organisasi, angkat keber, pasang lampu, main teater, nyanyi2, makan rame2, banyak. Banyak. Seperti dulu.
.
sebelumnya || selanjutnya
Komentar
Posting Komentar