DIa Memang Pantas!

Akhirnya orang ini menyerah juga, setelah sekian lama menutup diri. Sudah lama banyak yg mendorong2 dia agar mau nyapres, tapi dia tetap menolak. Katanya, waktu itu, masih mau kerja, kerja, kerja. Tapi sekarang dia sudah bilang siap nyapres, meskipun dia mengaku tetap lebih mementingkan kerja, kerja, kerja.

Bisa jadi "kerja, kerja, kerja" yg dia telah dan akan lakukan itu punya misi politis. Tapi menurutku sih nggak. Kalo-pun iya, menurutku juga gak masalah. Karena itu lebih terhormat daripada cara2 yg dipake oleh tetangga2 sebelah.

Lihat saja, macam2 gayanya untuk bisa nyapres. Ada yg rajin bikin iklan ttg dirinya di tv-nya sendiri, ada yg pura2 bikin ormas padahal partai untuk jadi kendaraan politiknya, ada yg mutung pindah partai biar bisa jadi cawapres, ada yg nyindir2 orang lain agar tidak ikut2an nyapres, ada juga yg nyuruh2 kadernya jadi gubernur padahal testcase buat nyapres.




*****

Terakhir aku ketemu dia kira2 tahun 1999 di suatu pertunjukan teater di rooftop Graha Pena. Waktu itu dia sedang benar2 masih sangat berkuasa di jawa pos. Benar2 big bos.

Aku hanya mampu beli tiket ekonomi, tanpa tempat duduk alias berdiri. Tapi karena aku datang sejak maghrib, aku dapat posisi berdiri paling depan, tepat di belakang penonton berkursi.

Beberapa menit sebelum pertunjukan dimulai, datang seorang laki2 berkaos putih didampingi seorang ibu dan 2 orang anak. Setelah kuperhatikan sejenak, orang itu ternyata Dahlan Iskan dan keluarga!

Mereka duduk di kursi paling belakang, tepat di depanku. Kulihat beberapa panitia memanggil2 supaya mereka duduk di depan yg sudah disediakan, mereka tetap tidak mau. Mereka tetap memilih duduk di kursi paling belakang.

Sejak itu, aku sudah merasa orang ini cool. Orang kaya yg tidak mekethek, sok2an minta diperlakukan sebagai bos.

Aku tidak menyangka dia akan menjadi pejabat negara, dan kini sedang berupaya untuk nyapres!


*****

Tidak sulit untuk mengenali dia, karena dia sangat produktif menulis dengan gaya bahasa yg sangat komunikatif dan renyah. Siapapun akan mudah menyelami tulisan2nya, dan pikiran2nya.

Pemberitaan tentang dia juga cukup banyak, dalam bentuk video juga banyak. Tinggal googling dan youtubing aja. Dan kurasa, semua sangat positif. Bahkan sangat inspiratif.

Banyak yang menganggap apa yg dipertontonkannya adalah dibuat2, palsu, topeng dan tuduhan yang paling populer: pencitraan!

Dulu aku juga sempat menganggap itu memang pencitraan, tapi masak iya sih pencitraan bisa konsisten dan terus2an sepanjang tahun. Dia tetap pake sepatu kets kemana2, tetap suka blusukan, tetap spontan, tetap kreatif, tetap tidak birokratis, dan tetap tidak sok menteri.

Pagi dia di jakarta, siang di kupang, malam di medan. Besoknya dia bisa ke samarinda, tiba2 malamnya sudah ada di belanda. Besoknya lagi dia sudah nongol di monas lagi!

Dia bisa bekerja di panas terik, di pintu tol, di sawah, di atas kereta, di rumah penduduk, di kandang sapi, gudang beras, kampus, kantor mewah, hingga hotel mentereng.

Kalau itu pun dianggap sebagai pencitraan, ya nggak papa. Menurutku pencitraan seperti itu justru bagus. Mestinya kita angkat topi untuk pejabat yang hobi melakukan pencitraan model seperti itu.

*****

Tidak ada yg bisa menjamin dia pasti lolos seleksi konvensi, apalagi untuk jadi presiden beneran. Terlalu banyak faktor yg bisa menjadikannya benar2 menjadi presiden, salah satu yg paling utama adalah takdir.

Dari segi kapasitas, aku tidak ragu mengatakan dia sangat layak jadi presiden. Tapi ya itu tadi, terlalu banyak faktor yg bisa menentukan seseorang bisa jadi presiden atau tidak.

Dalam konteks demokrasi, takdir tuhan itu ditunjukkan dengan sebanyak2nya rakyat yang memilihnya. Harus lebih banyak dari capres lain. Begitulah demokrasi.

Tapi kalaupun nanti ternyata takdir tuhan menentukan dia tidak bisa jadi presiden, menurutku juga nggak masalah. Dia tetap-lah orang hebat, yang telah mengajarkan pada jutaan orang tentang arti kerja, kerja, kerja; demi indonesia!

*****

Lalu, kenapa mesti lewat demokrat?

Itu pertanyaan sinis yg banyak beredar di kalangan penggemar2nya. Mereka mempertanyakan kenapa mesti lewat partai yang belakangan ini ber-celemotan kasus2 korupsi itu.

Tapi, partai mana yang tidak? semua pernah celemotan.

Masalahnya, rasa2nya cuman demokrat yg saat ini membuka peluang orang non-kader partai untuk didorong jadi capres.

Partai lain sudah punya calon2 sendiri yg mereka sudah gadang2 sejak lama. Ada yg sudah vulgar sebut nama, ada juga yg masih malu2. Tapi yg jelas mereka sudah punya calon sendiri2.

Independen? Itu mustahil. Ini pemilihan presiden bukan pemilihan bupati, atau kepala desa yg bisa diajukan lewat jalur independen.

Tokoh sentral demokrat sudah tidak mungkin nyapres lagi. Mangkanya, mereka bikin seleksi capres melalui konvensi, yg memungkinkan orang2 non kader untuk bisa nyapres.

Tapi sebenarnya ada alasan lain kenapa dia pilih partai berlambang mercy itu. Sebuah alasan yg sangat kuat, yakni: karena ada lambang mercy di dada DI!

Itu, bisa jadi, pertanda bahwa DI itu demokrat banget. Bahkan lebih demokrat daripada SBY!!


(jump to: 05:20)

*****

Kalo dia bisa lolos konvensi, kurasa, penantang serius selanjutnya rasa2nya adalah jokowi. Tapi kalo ternyata hanya bersaing dengan orang2 stok lama yg hobi nyapres, bisa lebih gampil.

Jokowi, bagus dan populer. Dia hebat memimpin solo dan jakarta. Beberapa masalah klasik tiba2 dia bisa selesaikan dengan mudah. Gaya kepemimpinan yg kalem dan wajahnya yg ndeso, justru menjadi kekuatan popularitasnya.

Background politiknya juga mentereng: PDI-P. Jelas bukan kandidat yg enteng.

Tapi rasa2nya, jokowi terlalu dini untuk menjadi pemimpin dari sabang sampai merauke. Buktinya: Jakarta masih banjir. Jakarta masih macet. Jakarta masih banyak pemukiman kumuh, Jakarta masih banyak pengangguran. Jakarta bukan cuman blok M dan waduk pluit. Mending tuntaskan Jakarta aja dulu deh.

Atau kalo tetap mau nyapres, mending magang dulu jadi wapres-nya Dahlan Iskan dulu!

He...he...

Komentar