Tendangan Refleks Untuk si Lalat

Aku mengenal Valentino Rossi sejak tahun 2006. Aku sama dia hanya selisih setahun, tua dia setahun. Jadi aku merasa akrab. Sejak saat itu, aku kenal cukup dekat dengannya, dan beberapa pembalap motogp lainnya.

Di situ aku tahu bahwa Rossi adalah pembalap hebat. Orangnya adem di luar lintasan, tapi garang di lintasan. Prestasinya: segubrak ambrek. Beluma ada yg sebanyak dia.

Ketika dia babak belur di Duca*i, aku sedih sekali. Di situ aku sempat berfikir kejayaannya sudah selesai. Aku bilang ke dia, "gak papa. Teruslah berjuang, kamu pasti bisa". Dia diam saja.

Sampai ketika dia balik lagi ke Yama*a, ternyata dia masih kompetitif dan garang melawan pembalap2 muda lainnya. Aku sangat terkesan. Melihat dia kembali di podium teratas, adalah pemandangan yg luar biasa.

Aku sms dia, "kehebatanmu tidak termakan umurmu! Kamu hebat bro". Dia tidak balas.




Musim ini dia lebih gila lagi. Dia hanya 2 kali tidak naik podium. Selebihnya, podium terus. Di klasemen, poinnya tidak pernah dilewati pembalap lain!

Tapi jauh di lubuh hati yg paling dalam, sejujurnya aku lihat dia memang tidak sekuat dan secepat dulu. Belum ada kemenangan yg benar2 meyakinkan di musim ini. Tapi di motogp, terkadang kecepatan bukan segala2nya. Kecerdikan dan keberuntungan sering lebih menentukan. Beruntungnya, dia masih punya ketiga2nya.

Aku WA dia, "vale, you have everything. But you have to be faster. More!". Dia tidak balas, meski sudah centang dua biru.

Kini aku sedih lagi. Dia dituding banyak orang melakukan tindakan kotor dengan menendang Marc hingga jatuh. Tiba2 dia menjadi antagonis bagi semua pembalap, dan penggemar motogp, setelah bertahun2 menjadi pahlwan. Bahkan malaikat.

Seri Sepang 2015 kemarin memang sangat menegangkan. Sangat. Aku belum pernah setegang itu melihat motogp. Sejak lap2 awal, aku sudah merasa bahwa Marc punya maksud lain ngajak battle sama Rossi. Rossi males battle sama Marc, karena yg harus itu dikejar bukan Marc, tapi Lorenzo.

Hingga beberapa putaran, Marc terus membalap seperti lalat, yg terbang di sekitar kepala dan telinga Rossi tanpa tujuan yg jelas. Tidak hinggap, tidak juga pergi. Ngriwuk'i dan mbrebek'i.

Hingga terjadilah moment itu. Braaakkk!

Aku sudah putar rekaman kejadian itu berkali2. Dari yg kamera bawah, hingga kamera helicopter. Berulang2 dan berkali2.

Memang sekilas terlihat ada gerakan keluar di kaki kiri Rossi menyentuh kepala Marc. Tapi aku tidak melihat ada unsur kesengajaan Rossi untuk menjatuhkan, apalagi menendang Marc. Itu adalah gerakan refleks ketika Marc menyentuh kaki kiri Rossi terlebih dahulu. Sayangnya, gerakan refleks itu sedikit mengarah keluar, persis ketika kepala Marc datang. Pada saat yg bersamaan Marc terlalu dalam menarik rem depan. Jatuhlah Marc. Braaaakkk!

Aku tidak suka gaya lalat Marc, tapi aku tidak setuju dengan gerakan kaki kiri Rossi itu.

Aku bbm rossi, "sayang sekali, mestinya lututmu tidak perlu bergerak ke luar". Cuman di-read doang, trus aku di delcon.


Komentar