Cie...Cie... (Part. 2)

(Part. 2)

Jam 12an malam, kapal yg aku tumpangi akhirnya sandar di pelabuhan Raha. Tidak ada yg menyambutku, apalagi menjemputku. Entah kebetulan, atau memang setiap hari begini, lampu di seluruh pelabuhan mati. Gelap sekali. Bintang-bintang gemerlapan di langit. Aku berjalan sendirian di pelabuhan itu.

Kulihat ada beberapa orang sedang mabuk2an di pinggir laut. Perasaanku tidak enak. Untungnya, tidak jauh dari situ ada pos polisi. Setelah kudatangi, ternyata tidak ada seorang pun di pos polisi itu. Perasaanku kembali tidak enak.

Aku tidak tahu harus kemana lagi. Aku jalan saja menuju sebuah tugu yg ada di depan pelabuhan. Kulihat di sana masih ada beberapa orang yg lewat tugu itu.




Sampai di tugu itu, aku bingung lagi, karena tidak ada yg bisa ditanyai, apalagi diminta tolong. "Busyet, aku terdampar di kota yg gelap gulita begini" kataku dalam hati.

Tidak lama berdiri, tiba2 aku dihampiri seseorang menggunakan motor. Perasaanku sempat gak enak. Jangan2 dia temannya yg mabuk2an di pinggir laut tadi, mau minta uang, atau mau merampas tas-ku. Pikiranku seketika was2.

Ternyata aku salah. Dia hanya ingin menawarkan ojek. Hatiku lega selega2nya...

"Ojek?" katanya padaku.

"Jalan Rambutan, berapa?" tanyaku. Berapapun yg dia minta akan aku kasih pikirku.

"3ribu ya, soalnya sudah malam" sambil memelas.

Ee busyet, cuman 3ribu!

Langsung aku loncat, naik motor itu. "Nanti aku kasih 5rb" kataku dalam hati.

Belum 5menit, sudah sampai di jalan rambutan. Tinggal cari rumah nomor 6. Ternyata tidak mudah. 2 kali aku bolak-balik jalan rambutan, tidak juga ketemu. Kebetulan ada beberapa orang yg sedang nongkrong di depan sebuah rumah. Aku tanya mereka.

"Permisi, rumahnya wa Icha di mana ya?" tanyaku.

"Icha siapa? anaknya pak Selo kah?" jawabnya yg malah balik tanya.

"Iya" jawabku tanpa balik tanya.

"Ini" jawabnya sambil menunjuk belakang tempat dia duduk2.

Langsung kubayar ojek. 5rb seperti janjiku dalam hati.

Kutarik nafas dalam2 ketika melangkah di depan rumahnya. "Benarkah ini rumahnya?" tanyaku tanpa bersuara.

Belum sempat kuketuk pintu, kudengar suara wa Icha lagi ngobrol entah dengan siapa. Aku girang, berarti benar ini rumahnya. Karena kalau ternyata bukan ini rumahnya, mati lah aku...

"Tok..tok..." Bunyi pintu kuketuk.

Tidak lama keluar seorang perempuan, yang aku kira itu wa Icha. Ternyata bukan...

"Icha-nya ada?" tanyaku pada perempuan itu...

"Oo..ada..ada.. Mari masuk.." kata perempuan itu. Ah itu pasti wa Eni, pikirku.

Sekilas aku lihat wa Icha berlari kebelakang, entah untuk ganti baju atau dandan. Aku tahu dia tahu aku datang. Aku tahu dia terkejut, terperangah, dan terhenyak aku nekat datang ke sini. Tengah malam lagi...

Aku masuk, dan duduk di ruang tamu. Tidak lama keluar seorang ibu. Itu mama-nya, aku pernah ketemu di Malang. Trus ada orang perempuan yg ikut nimbrung di ruang tamu. Ah pasti itu wa Liang, pikirku. Ada satu lagi anak perempuan. Ah pasti itu wa Aen, pikirku lagi.

Aku tahu mereka juga berfikir, ah pasti ini la Ipul.

Di situ mereka tanya2 bagaimana aku bisa sampai di Raha tengah malam begini padahal kan tidak ada kapal yg berangkat malam2 begini. Di situ aku merasa keren, karena bisa sampai ke Raha malam begini. Aku ceritakan-lah perjuanganku. Pasti mereka terkesan, pikirku.

Tidak lama akhirnya wa Icha keluar. Dan benar, dia bilang terkejut aku datang.

Ya iyalah terkejut. Cie..cie..

Malam semakin larut, aku sudah sangat mengantuk. Aku disuruh tidur di kamar bawah. Aku langsung tepar, tidur lelap.

Belum lama aku tidur, tiba2 datang 2 orang laki2 berbadan tegap yg menggedor pintu. Dia masuk kamar tempat aku tidur, dan membangunkanku. Antara sadar dan tidak sadar aku terbangun.

Dengan nada tinggi, mereka minta ktp-ku. Aku bingung kenapa dia minta ktp-ku. Aku turuti saja. Aku baru sadar kalau mereka adalah polisi. Aku tidak tahu kenapa ada polisi masuk ke rumah ini, dan minta ktp ku. Seumur2 aku tidak pernah dibegituin. Masak baru 5menit di Raha langsung dibegituin.

Besok paginya, aku baru tahu kalau polisi2 itu lagi mencari la Uli, adiknya wa Icha. Mungkin ada intel yg melihat aku datang malam2, dan mengira aku adalah la Uli yg diam2 pulang ke rumah.

Ah ada2 saja...

Bersambung...

Komentar

Posting Komentar