Surat Untuk Bu Risma

Selamat pagi/siang/sore/malam (tlg disesuaikan kapan ibu baca surat ini ya...) bu Risma.

Perkenalkan, nama saya saiful. Saya biasa dipanggil saiful. Ada sih yg paling arif, tapi tidak banyak. Paling2 hanya keluarga, sama tetangga deket rumah. Monggo saja kalau panggil saiful atau arif. Panggil dua2nya juga gak papa, tapi agak repot sih. Pun monggo kersane njenenangan mawon...

Sebelumnya, saya mengucapkan selamat atas terpilihnya ibu jadi walikota surabaya (lagi). Mohon maaf, saya tidak ikut nyoblos ibu. Bukannya saya tidak pilih ibu, tapi rumah saya yg kejauhan dgn tps.

Lagian, tanpa suara saya (dan istri saya) saya yakin ibu pasti yg menang. Bahkan jika ibu tidak punya pasangan pun, saya yakin ibu pasti menang. Apalagi kalau ibu berpasangan dengan Kartolo atau Bambang Gentolet.

Bu Risma... hampir semua kota2 besar di indonesia pernah saya datangi. Saya berusaha se-obyektif mungkin melakukan perbandingan secara visual. Kesimpulan saya: belum ada yg bisa mengalahkan surabaya.

Di surabaya, jalanan jauh lebih rapi, meski masih ada macet. Trotoar2 lebih tertata, meski masih ada yg pecah2. Taman2 lebih indah, meski belum sempurna. Sungai2 lebih bersih, meski masih ada banjir. Doli sudah tidak ada, meski prostitusi masih ada.

Tentu ada parameter lainnya untuk menilai maju tidaknya sebuah kota, tapi bagi orang biasa kayak saya ini, itu sudah cukup untuk menilai bahwa surabaya lebih hebat daripada kota lain. Tanpa ibu, surabaya gak mungkin sehebat itu...

5tahun ke depan, tantangan akan semakin berat. Masalah transportasi, lingkungan, pendidikan, kesehatan, kependudukan, sembarang kaler...

Saya akan bantu ibu sebisa yang bisa saya lakukan, minimal berdoa untuk ibu, agar ibu jadi pemimpin yang tangguh, meskipun saya tahu ibu sudah sangat tangguh. Maksud saya, janganlah mudah bilang atau mengisyaratkan akan mengundurkan diri sambil nangis2 di depan wartawan, kayak yang dulu itu. Gak ilok.

O iya bu, jika nanti ibu sudah resmi dilantik, saya hanya titip pesan satu hal:  tolong patung hiyu bajul yg di deketnya mongkasel itu dibongkar saja. Itu patung hiyu bajul terbesar tapi paling jelek se dunia bu. Ngelek2'i kalimas. Saya nggak suka.

Ikan hiyunya terlalu kurus, bajulnya terlalu ndengkek, rumput lautnya gak nyeni, dan semprotan airnya buthek. Pokoknya ndak bagus lah. Bongkar saja bu ya. Ganti dengan patung lainnya, yang lebih bagus, modern dan artistik. Tidak harus patung hiu dan bajul lah... patung andik vermansyah juga boleh.

Lagian, patung hiyu bajul kan sudah ada di dekatnya bonbin bu. Lebih bagus lagi...

Bongkar aja bu ya... please...

Gitu aja, terima kasih



Komentar

Posting Komentar