SEJAK KAPAN MENCINTAI? /MENGEJAR WISUDA /5

5. Mengejar Wisuda
.
Tiba2 dia sudah menyelesaikan skripsinya, dan siap diajukan. Aku agak terkejut, karena aku tak pernah melihat dia sibuk mengerjakan skripsi seperti layaknya mahasiswa umumnya. Tak pernah kulihat dia ke perpustakaan, beli buku, mondar2ir urus administrasi, bimbingan, dll.
.
Kecepatan mengetiknya, kutahu, sangat lambat. Menyalakan dan mematikan komputer aja gagap. Bagaimana dia bisa kerjakan skripsi secepat itu?
.
Ternyata oh ternyata, dia banyak mendapat bala bantuan dari teman2nya, yang rela mengetik berlembar2 untuknya. Sementara dia sendiri sibuk dengan kegiatan yang tak ada hubungannya dengan skripsi: naik gunung, mengajar anak2 jalanan, jalan2, dll.
.
Sedang aku belum ngapa2in untuk skripsi. Sebenarnya aku sudah 2 kali ajukan judul, tapi 2 kali juga ditolak, karena dua2nya sudah pernah ada yang ambil. Aku sempat putus asa. Males cari ide. Di saat aku macet itulah, dia ujian skripsi, dan lulus.
.
Melihat dia lulus, aku agak panik, dan akhirnya jadi motivasi untuk segera menyelesaikan skripsi. Belum sempat kuselesaikan skripsiku, dia keburu diwisuda. Diantara teman2 dekat, dia yang pertama wisuda.
.
Tak lama setelah wisuda, dia pulang kampung. Kali ini, dia pulang kampung beneran dan tak punya rencana untuk balik lagi. Tak ada lagi yang bisa melarang. Meski ada yang merayu agar ditunda. Tak ada alasan untuk nggandoli biar gak pulang kampung. Semua barang2nya sudah dikemasi. Semua urusan juga sudah diselesaikan.
.
Kira2 10an orang teman mengantarnya di pelabuhan. Termasuk aku. Aku merasa itu akan jadi pertemuan terakhir dengannya. Mungkin 10 atau 20 tahun lagi baru bisa ketemu lagi dengannya. Atau mungkin tidak sama sekali. Terus terang, aku baper melepas kepergiannya setelah kisah 4 tahun bersama yang penuh tawa. Kupeluk dia di pintu kapal sebelum dia benar2 pergi. Mataku berlinang.
.


Setelah dia pergi, aku masih beberapa kali harus ke kampus. Urus administrasi, bimbingan, dan cari referensi tulisan. Kampus tak lagi sehangat dulu. Aku merasa asing di kampusku sendiri. Banyak wajah2 baru yang tak kukenal. Ada beberapa teman lama yang masih bisa kutemui, tapi tetap gak bisa mengembalikan kehangatan kampus. Hambar. Aku benar2 mati gaya tanpa dia.
.
Aku tak betah lagi di kampus. Aku harus segera keluar dari kampus ini. Satu2nya cara adalah: selesaikan skripsi!
.
Hampir sepanjang hari selama 2 mingguan kuhabiskan waktuku di rental komputer di dekat kost. Pagi. Siang. Malam. Tak ada kegiatan lain selain skripsi, skripsi, dan skripsi. Bahkan untuk sekedar pulang ke Surabaya pun aku tidak sempat.
.
Hingga akhirnya aku bisa selesaikan skripsiku, dan sudah bisa untuk diajukan ujian skripsi. Kupersiapkan betul untuk bisa melalui ujian skripsi.
.
Setelah melalui proses sidang pengujian, aku dinyatakan lulus. Lega. Orang pertama yang aku kasih kabar tentang kelulusanku adalah dia. Aku sms dia. Waktu itu belum ada whatsapp. Kutulis nilai hasil ujianku: A, A, A, A, A, A, ....... terus sampai space sms habis. 140 karakter.
.

sebelumnya || selanjutnya

Komentar