#advokatkoruptor=koruptor
Aku mencoba2 mengingat, apa yg aku rasakan waktu
itu ketika ada seorang wakil menteri memposting twet #advokatkoruptor=koruptor. Adakah perasaan tersinggung?
Rasa2nya aku tidak tersinggung. Sama sekali. Dan malah agak setuju dgn itu.
Pada kasus2 tertentu adakalanya ada ruang2
pembelaan yg memang layak diperjuangkan karena ada potensi2 bullying pd orang2 yg terduga korupsi.
Tp ada kalanya juga sama sekali tidak ada ruang
untuk melakukan pembelaan sama sekali, karena semua terasa sudah sangat terang
benderang di depan mata. Namun dengan alasan profesionalisme, tetap harus
dibela.
Di sini letak rumitnya profesionalisme, ketika keyakinan harus dikalahkan dengan keharusan untuk tetap membela.
Di sini letak rumitnya profesionalisme, ketika keyakinan harus dikalahkan dengan keharusan untuk tetap membela.
Lalu dengan cara apa pembelaan itu dilakukan?
Beberapa advokat bisa menutupi keyakinannya,
lalu melakukan banyak hal untuk menutup2i fakta2 kliennya. Mulai dari mengatur
bap, kesaksian, hingga 'koordinasi' dengan jaksa, panitera sampai hakim.
Sesekali mereka berupaya menggiring opini publik
di media masa. Bahkan kalo perlu dia bisa menggerakkan massa untuk memberikan presure kepada penegak hukum.
Tentu saja, itu semua tidak gratis!
Beberapa advokat lain menutupi keyakinannya
dengan mati2an mencari2 dasar2 hukum yg hanya menguntungkan kliennya. Teori2
hukum dikelola sedemikian rupa untuk mengurai fakta yg terang benderang. Mereka
lihai memodifikasi teori2 hukum dan mulai membenarkan banyak hal, meski untuk
hal yg tidak mungkin bisa dibenarkan sekalipun.
Beberapa advokat lainnya merasa tidak berdaya
dengan fakta2 yg telah begitu terang benderang. Yang bisa mereka lakukan hanya
memastikan proses hukum tetap berjalan normal. Ini juga tidak mudah dilakukan,
karena bermain minimalis dengan hanya memastikan proses hukum bukanlah harapan
terbaik dari si klien yg menginginkan bebas murni.
Di sini terjadi pergulatan batin, lalu pada
titik tertentu sang advokat kehilangan energi untuk melakukan pembelaan yg
terbaik. Di sisi yg lain, dia harus tetap tampil sebagai 'pembela' si tertuduh.
Beberapa advokat lainnya, memilih tegas menolak
sama sekali kasus2 korupsi yg telah nampak terang benderang, karena tidak semua
kasus korupsi nampak terang benderang terjadi.
Beberapa advokat lainnya, memilih menolak sama
sekali kasus korupsi. Mungkin itu bagian dari idealisme, atau mungkin itu
sekedar pencitraan belaka.
Beberapa advokat lainnya, secara gamblang declare menolak kasus korupsi, meskipun
dia belum pernah ditawari menangani kasus korupsi.
Akhirnya, #advokatkoruptor=koruptor tidak
sepenuhnya salah kan?
Komentar
Posting Komentar