Ini Tidak Sederhana! (2)
Membaca 4 lembar rute destinasi yg baru aku
terima ini, semakin meyakinkanku bahwa ini terlalu berat untuk dilalui, apalagi
dinikmati.
Dalam hati kecil ingin melarangnya ikut, tapi
aku tidak tega melakukannya. Aku tahu dia punya keinginan untuk tetap ikut,
tapi aku tidak yakin dia bisa melampaui perjalanan sedemikian jauhnya, naik
bis!
Kali ini aku justru bersikap pesimis dan
merayunya untuk menyerah saja, tapi anehnya kok justru dia semakin bulat untuk
tetap ikut.
Semakin aku pesimis, semakin besar optimisnya untuk ikut. Semakin ditakut2i semakin dia berani. Dasar kapatuli!
Semakin aku pesimis, semakin besar optimisnya untuk ikut. Semakin ditakut2i semakin dia berani. Dasar kapatuli!
Beberapa kali aku rayu dia, ini terlalu jauh dan
terlalu berat. Tapi dia malah meyakinkan aku untuk tenang saja, dilalui saja.
Bagaimana mau tenang, naik taksi dengan jarak gak lebih dari 10km aja udah K.O?
Tapi dia tetap ngotot pengen ikut!
Waktunya semakin mepet, tidak ada lagi waktu
untuk berlatih. Padahal latihan2 kemaren tidak sepenuhnya berhasil
meyakinkanku.
Kadang aku pengen berdoa rencana itu dibatalkan
saja atau setidak2nya ditunda saja. Paspornya ilang kek, pesawatnya mogok kek,
bandaranya tutup kek, thailand kebanjiran kek, terserah! Yg penting ditunda
sampai bojoku siap lahir batin.
Tapi rasa2nya itu mustahil, karena pada saat
bersamaan aku berhadapan dengan puluhan doa teman2ku yg tentu saja berdoa agar
perjalanan itu berjalan lancar dan tepat waktu. Rasa2nya mereka berdoa'a lebih khusuk.
Lagian, kalo nunggu siap lahir batin, nggak budal2.
Lagian, kalo nunggu siap lahir batin, nggak budal2.
------
Aku merasa tidak mampu menjelaskan persoalan ini
kepada orang lain. Dijelaskan pun mereka tidak akan bisa memahami, lalu
menertawaiku.
Tentu aku sangat menghargai masukan2 yg diberikan ,
tapi aku lebih sering hanya sekedar tersenyum dan tersenyum untuk
menghargainya.
Sebagian dari mereka memberi masukan klasik "minum obat anti mabuk aja".
Ada juga yg agak konvensional "duduk
di kursi depan”. Ada juga yg seperti motivator "itu sugesti, harus optimis tidak mabuk".
Ada juga yang tradisional "pake plester di udel (puser) aja". Ada juga yg
religius "wiridan aja". Ada yg berusaha menyederhanakan masalah "dibiasakan saja". Ada juga yg
putus asa "konsultasi ke dokter aja
wes".
Dan yang paling aneh adalah "naik taksi aja". (Hallo, taksi bukan mobil kah?)
Dengan segala hormat, itu semua pernah
dilakukan. Dan mohon maaf, hasilnya: tetap aja mabuk.
Komentar
Posting Komentar