Perempuan-perempuan Keras Kepala

Konon, sejak IMF dan World Bank menerabas masuk ke Indonesia, perubahan-perubahan sadis banyak terjadi di sekitar kita. Perlahan tapi pasti gaya hidup, manusia-manusia yang dulunya ndeso, mendadak menjadi keminggris.

Pengaruh gaya hidup ala holywood merasuk hingga ke alam mimpi. Belakangan perlahan mulai masuk gaya hidup J-Pop yang di-paste dengan membabi buta. Dari gaya berpakaian, gaya bicara hingga cara makan.

Merapikan display dagangan
Orang-orang yang dulu biasa makan dengan muluk, kini sudah banyak orang-orang ndeso yang bisa makan pake sumpit.

Orang-orang yang dulu sering makan lodeh tewel dan urap-urap, kini mulai terbiasa makan hamburger dan dimsum.

Tapi siapa sangka, di tengah pusaran perubahan yang sadis itu masih saja ada orang yang menjajakan panganan semanggi di kota metropolis ini.


Di kompleks perumahanku (halah gaya! di kampungku), sudah nyaris tidak pernah ada pedagang semanggi. Padahal dulu hampir setiap hari ada penjual semanggi yang lewat depan rumah dengan lengkingan suara yang khas “semmmangggiii…!”

Semanggi, kerudung biru
Sudah lama sekali aku tidak mendengar lengkingan itu. Kirain sudah punah makanan ini. Sangking lamanya, aku terlanjur mengkonotasikan semanggi sebagai jembatan.

Perempuan-perempuan keras kepala ini masih saja melawan arus deras selera orang kebanyakan, tetap menjajakan irisan-irisan semanggi dengan bumbu telo yang dingin di lidah, tentu saja dengan krupuk puli yang renyah itu. 


Komentar

Posting Komentar