Save The Trees

Semua orang tahu, bahan baku kertas terbuat dari serat kayu. Untuk dapat serat kayu, harus membunuh pohon. Semakin banyak kertas diproduksi, semakin banyak pohon yg dibunuh.

Harus diakui, kertas (dan berbagai ragam variannya) tidak bisa dilepaskan dari setiap sisi kehidupan manusia. Makanya, setiap tahun penggunaan kertas selalu meningkat.

Sayangnya, dari sekian banyak penggunaan kertas, ada banyak hal yg mestinya bisa dilakukan untuk menekan penggunaan kertas. Yang itu artinya menekan pembunuhan terhadap pohon.

As I said before, you don't have to be an activist to make you called as an environmentalist. (Wes, cuman sak mono thok isone)

Anda bisa memilih untuk peduli, ato memilih terlibat dalam pembunuhan pohon2.

Brosur perumahan
Beberapa bulan yg lalu, aku sama bojoku rajin datang ke pameran perumahan meskipun waktu itu belum ada niat (duit?) untuk beli rumah.

Pertama kali masuk, semangat sekali minta brosur yg ditawarkan. Lama2 kok jadi kewalahan, karena ternyata banyak sekali yg ngasih brosur.

Setengah jam jalan menyusuri kounter2 pameran, udah kira2 setengah kilo brosur yg kudapat. Belum termasuk yg didapat bojoku.

Lagian, udah jelas aku jalan bereng masak aku dikasih bojoku jg dikasih. Brosur yg sama lagi. Untung anakku gak dikasih juga.

Lagian, udah jelas tampang type 36 tetep aja dikasih brosur rumah type 200an. Meski jelas perawakan rumah sederhana tetap aja dikasih brosur apartemen.

Satu jam di pameran, capek jalan menyusuri lorong2 pameran. Apalagi brosur sudah bertumpuk2. Beberapa tercecer di jalan, tak kupedulikan.

Sampai di rumah, brosur2 itu kubolak2ik sampe lecek, tetap aja gak ada rencana membeli. Akhirnya brosur2 itu masuk tong sampah.

Semakin sering datang ke pameran rumah, semakin banyak brosur2 yg terbuang.

Untuk menghindari penggunaan kertas (brosur) yg sia2, mungkin lebih baik selektif dalam mengambil/menerima brosur. Kalo perlu bawa buku sendiri, catat tawaran2 yg ada di brosur. Jika tidak mau repot, brosurnya difoto saja pake kamera henpon. He..he..

Struk atm
Setiap mengakhiri transaksi di atm, mesin atm sebenarnya memberikan tawaran yg bisa dimaknai apakah anda peduli lingkungan atau tidak? Sayangnya, banyak yang memilih tidak peduli.

Tawaran itu adalah: "apakah anda ingin mencetak struk transaksi?"

Sebagian orang tegas menjawab tidak, karena dia merasa memang tidak membutuhkan struk itu. Toh, saldo terakhir bisa dilihat di layar monitor.

Namun, sebagian yang lain memilih untuk mencetak struk. Mungkin sebagian dari mereka memang benar2 membutuhkannya, tapi banyak juga yg sebenarnya sama sekali tidak membutuhkan. Begitu tercetak, dilihat sebentar lalu dibuang. Bahkan ada yang tidak sempat dilihat sama sekali lalu dibuang begitu saja.

Lihat saja, banyak sekali struk yg dibuang di tempat sampah yg ada di dalam ruang mesin atm.

Jika dalam satu hari ada 100 struk terbuang d tempat sampah dan satu struk panjangnya 20cm, maka akan ada 20 meter struk terbuang setiap hari di satu mesin atm!

Bayangkan, berapa meter struk yg terbuang dalam sebulan di seluruh atm yang ada di seluruh pelosok tanah air?

Tissue
Membludaknya kelas menengah, membuat nyaris tidak ada rumah makan yg sepi pengunjung. Dari yg menyajikan makanan fast food, sampai japanese food. Dari rumah makan tradisional sampai rumah makan all you can eat.

Semua penuh sesak, dijejali kaum2 kelas menengah yg sedang merayakan hasil jerih payahnya.

Sayangnya euphoria mereka tidak diikuti dengan kebijaksanaan dalam penggunaan tissue.

Dengan harga makanan yg lebih mahal, nampaknya mereka merasa berhak untuk menggunakan tissue sebanyak apapun yg mereka inginkan.

Tangan basah dikit, tarik tissue. Meja kotor dikit, tarik tissue. Mulut cemot dikit, tarik tissue. Hp kena debu dikit, tarik tissue. Kacamata tersentuh dikit, tarik tissue. Leher keringatan dikit, tarik tisu.

Mereka merasa rugi kalo tidak menghabiskan jatah tissue yg ada.

Mungkin rumah makan memang tidak akan bangkrut hanya karena penggunaan tissue seperti itu, tapi bayangkan berapa pohon yg harus dibunuh hanya untuk menyeka cemot mulut2 orang2 itu!


Komentar