Combe Itu Whistle Blower

Siang itu arek2 sudah menyiapkan perkakas ritual perayaan ulang tahun: terigu, telur dan air.

Begitu lonceng istirahat kedua, Nia (sebut saja begitu) sengaja digiring keluar kelas. Sedangkan arek2 yg lain sudah siap dengan amunisinya masing2.

Begitu dia berhasil digiring: "crrooot...crrooooottt...pyaaarrr...byuurrr...!!"

Amunisi2 itu bertubi2 menghujani kepala, leher, tangan, pakaian, rok hingga sepatu. Mukanya yg putih semakin putih terkena terigu. Rambutnya yg ikal semakin ikal terkena kuning telur.

Dia hanya tertunduk, terdiam tanpa perlawanan. Sementara teman2 dan aku terbahak2 merayakan penjebakan ini.

Tidak dinyana, begitu selesai diserang, Nia berjalan cepat menuju ke arah ruang guru sambil sesenggukan.

Hah, ngapain dia ke sana?

Arek2 berusaha memanggil2 dia, bahkan mengejarnya dan menghalang2i dia. Tapi dia tetap ngeluyur pergi.

Arek2 kemudian terdiam, sambil menduga2 apa yg akan terjadi. 10 menit berlalu, yg ditunggu2 benar2 terjadi, bu Pakis (sebut saja begitu) wali kelasku datang.

Maka tumpahlah kalimat2 kemarahan bu Pakis, tanpa basa-basi. Arek2 hanya tertunduk, sebagian mendengar dengan baik. Tapi aku yakin, lebih banyak yg sibuk mengumpat Nia dalam hati. Ya, termasuk aku!

"Mentang2 wong sugih koen c*k. Ngono iku biasa c*k, kabeh yo wes tau diuncali ndog koyok ngono. Nek gak gelem diuncali ndog, ojok ulang tahun. Ancene...lambene combe. Asu...janc**k!"

Dengan kemarahan yg masih prima, bu Pakis minta arek2 mengaku siapa yg melempar telur dan terigu. Dengan patriotis tinggi, awalnya gak ada mengaku. Sekalinya mengaku, semua angkat tangan. Bu Pakis semakin murka!

Arek2 sekelas disuruh berbaris di tengah lapangan, sampai ada yg mengaku. Sekali lagi, dengan patriotisme membara, mereka menanggung menjalani hukuman dgn solid.

Satu kelas (minus Nia) dijemur di tengah lapangan, gak lanang gak wedok. Kulihat Nia ada di depan kelas, umpatanku dan arek2 semakin panas: "Jancu*k! Combe! Lamb*ne as*!"

Hari itu, hingga 2 bulan lamanya, Nia menjadi musuh bersama sekelas. Bahkan nyaris satu sekolahan memusuhi dia.

Bagi arek2 Nia adalah combe. Tapi bagi para guru, Nia adalah murid yg berani mengungkapkan kebenaran. Mungkin istilah sekarang adalah whistle blower!


------


Di jaman sekarang, konon dibutuhkan banyak whistle blower untuk mengungkap kejahatan kerah putih.

Tidak banyak orang sukarela menjadi whistle blower, karena besarnya resiko yg harus ditanggungnya. Terbukti atau tidak terbukti, dia akan dapat serangan balik yg bertubi2. Apalagi untuk kejahatan yg sudah dianggap biasa dan menjadi tradisi. Misalnya: tradisi meminta jatah penanaman modal negara.


Banyak orang yg bilang itu cerita lama, seperti kentut, busuk tapi tidak terlihat rupanya. Ya, kalo kelihatan rupanya bukan kentut namanya, tapi tai.

Untuk tunjuk hidung orang yg kentut memang susah2 gampang. Susah, karena orang kentut tidak perlu bikin kuitansi atau tanda terima kentut. Gampang, karena tinggal dilihat gelagat2nya.

Orang kentut, terutama yg dilakukan di depan umum, biasanya gerak2iknya gelisah, mukanya pucat. Terkadang dia banyak bersuara untuk menutupi bunyi kentutnya.

Ada juga yg sengaja berpindah2 tempat untuk mengaburkan sumber, bunyi dan bau kentut, dan berharap orang lain yg dituduh kentut.

Ada juga yg sengaja tiba2 semprot parfum sana2i, hingga tidak ada satupun yg menyadari ada bau kentut.

Adapula yg saling diam, mengumpat dalam hati, tapi segan untuk bersuara sambil menahan bau kentut. Biasanya mereka juga sering kentut diam2. Lalu mereka berlagak seperti gak ada apa2, hingga bau kentut itu benar2 hilang dengan sendirinya.

Di sinilah peran whistle blower, untuk segera mengungkap adanya kentut. Harus cepat sebelum bau kentut hilang karena manuver2 si pengentut.

Mungkin saja whistle blower itu salah tunjuk hidung, tapi tak mengapa karena yg diungkap adalah persoalan kentut, yg hanya meninggalkan bau.

Karena kentut adalah abstrak, maka pendekatan pengungkapannya harus, tidak boleh tidak, tidak seperti biasa. Harus khusus!

Pengungkapannya tidak bisa didasarkan bukti2 yg bersifat visual, cukup dengan menelusuri gelagat2, gerak2ik atau isyarat2 lainnya.

Jika semua menyadari bahwa kentut itu memang benar2 ada dan mengganggu, kesalahan menunjuk hidung adalah hal biasa dan pasti akan dimaklumi publik karena membuktikan kentut memang tidak mudah.

Terlebih yg suka kentut adalah orang2 DPR!

Komentar