Siam Niramit dan Cak Durasim

Aku tidak punya cukup banyak referensi pertunjukkan teater untuk aku bisa banding2kan. Tapi aku sangat yakin pertunjukan siam niramit adalah pertunjukan teater kelas dunia!

Dengan gedung pertunjukan yg sangat besar, siam niramit memiliki ukuran panggung yg segede gambreeng dgn kapasitas penonton yg sangat besar. Aku sempat berfikir, bagaimana mungkin mereka bisa menaklukkan panggung yg sebegini besarnya?

Pertunjukan dimulai dengan narasi berbahasa inggris, lamat2 aku mencoba menterjemahkan dalam hati. Sebagian kalimat aku tak sanggup menerjemahkan, maklum TOEFL baru 200an...

Begitu pertunjukan dimulai, perlahan seting panggung mulai nampak, aku mulai termenung menyaksikan. Aku mencoba memperbaiki posisi dudukku, sepertinya ini tidak layak untuk ditinggal tidur atau melamun.

Tata cahaya yg prima semakin membangun imajinasi seolah penonton berada pada zaman entah berantah.  Ilustrasi musik terus mengalun dengan kekuatan suara yg menggelegar, tapi tidak berlebihan.

Setting demi setting terus berganti dengan cepat, entah bagaimana mereka melakukan perubahan setting sedemikian cepatnya tanpa pathing kemrusuk seperti pentas2 teater pada umumnya. Sangat smooth! Mulai dari setting kerajaan, tiba2 menjadi setting pelabuhan, lalu berganti pedesaan, tiba2 menjadi setting dasar laut, begitu seterusnya.

Aku tidak punya energi lagi untuk menterjemahkan dialog dan ilustrasi. Aku lebih memilih menikmati ritme pertunjukan, tata cahaya, ilustrasi musik, setting panggung, komposisi hingga blocking. Meskipun aku hanya kebagian seat non-ideal (baca: kelas ekonomi), pertunjukkan ini tetap bisa dinikmati.

Dalam hitunganku kira2 ratusan pemain silih berganti memainkan perannya masing2, dengan kostum yg nampak digarap dengan serius. 2 ekor gajah ikut dalam pertunjukkan, menjadi satu kesatuan dalam pertunjukan itu.

Emosi penonton dibuat naik turun, dengan atraksi2 yg sering mengejutkan penonton. Mulai dari atraksi terbang, air hujan, air mancur, kembang api, petir hingga tiba2 ada sungai di atas panggung!

Termasuk ketika puluhan pemain berdatangan dari barisan kursi penonton. Mereka membaur dengan penonton, membuat tidak ada jarak lagi antara panggung dan kursi penonton.

Mereka berhasil memadukan antara musik, tari, gerak, dialog dan teknologi menjadi satu kesatuan pertunjukan yg hebat. Aku terus menganga, hingga tidak sadar pertunjukan telah selesai.

Kita perlu punya yg seperti itu!


------


Cak durasim adalah gedung pertunjukkan teater di surabaya yg banyak digunakan teater2 lokal, termasuk teater sekolah dan kampus. Sesekali di sana tampil kelompok teater dari jakarta maupun jogja.

Namun sepanjang yang aku tahu, tidak cukup banyak animo penonton yg menyaksikan pertunjukan itu. Jangankan turis, orang kita sendiri aja gak banyak yang menonton teater di situ. Kebanyakan dari kalangan orang teater saja, itupun jumlahnya gak seberapa.

Terus terang, aku belum pernah terperangah melihat pementasan2 itu. Menurutku mereka kebanyakan lebih sibuk dengan ekspresi berkeseniannya sendiri, daripada menghibur penonton. Mereka seakan punya dunia sendiri. Makanya banyak penonton yg ‘kapok’ melihat pementasan teater.

Tentu membuat pertunjukan yg menarik, menghibur dan komunikatif itu tidaklah mudah. Aku melihat mereka telah berjuang ke arah sana, tapi sayang mereka tidak didukung fasilitas pertunjukan yg memadai, sehingga mereka selalu bermain dengan segala keterbatasan.

Akibatnya, yg bisa menikmati pertunjukan itu hanya orang2 tertentu yg memang menggeluti dunia teater. Loe lagi loe lagi!

Dengar2, sebentar lagi surabaya punya satu lagi gedung pertunjukan, yg konon lebih besar dari cak durasim.

Tapi percayalah, untuk membuat pertunjukan teater yg hebat tidak cuma dibutuhkan gedung/panggung saja!

Komentar