Kartini dan Cut Nyak Din

Hari ini bukan hari Kartini, karena hari Kartini itu tanggal 21 april. Tapi hari ini aku pengen nulis tentang Kartini. Terlambat? Biarin, emang ada undang2 yg mengatur nulis Kartini tanggal 21 april? Tidak ada.

Dulu aku pernah bertanya2 dalam hati, kenapa Kartini disimbolkan sebagai pejuang perempuan? sedang Cut Nyak Din lebih berdarah2 berjuang ketimbang Kartini. Malah, Cut Nyak Din tidak sekedar berjuang untuk jenis kelamin tertentu, tapi untuk kepentingan kehormatan bangsa.

Taruhlah ulang tahun Cut Nyak Din itu tanggal 27 april, mestinya hari perjuangan perempuan itu dirayakan tanggal 27 april. Bukan 21 april.


Lagian pasti lebih seru perayaan hari perjuangan perempuan dengan background karakter Cut Nyak Din. Lebih heroik, bukan simbolik, apalagi seremonial. Tidak seperti sekarang, lebih mirip promosi jamu Nyonya Meneer daripada merayakan semangat Kartini.


Beda dengan semangat Kartini, semangat Cut Nyak Din mendorong perempuan untuk bukan sekadar berjuang menyamai level laki2, tapi mendorong perempuan untuk berjuang untuk kepentingan bangsa yg lebih besar, seperti; melawan ketidakadilan, melawan kebodohan, melawan kemiskinan, melawan penindasan, dan juga melawan korupsi!

------

Banyak peraturan telah diciptakan untuk memberantas korupsi, tapi korupsi tetap saja berjalan, bahkan lebih atraktif. Banyak seminar tentang korupsi tapi korupsi tetap menggeliat, bahkan lebih inspiratif..

Itu artinya korupsi harus dilawan dengan cara lain, tidak bisa dilawan dengan cara2 konvensional. Caranya sederhana, tapi aku yakin mujarab, yakni: perempuan!

"Di belakang laki2 sukses selalu ada perempuan yg hebat"

Pepatah itu (itu pepatah ya?) menggambarkan betapa menentukannya perempuan terhadap jatuh bangunnya laki2. Sekaligus menunjukkan betapa tidak berdayanya laki2 dihadapan perempuan.

Aku mengartikan pepatah itu dengan konteks yg sebaliknya:
"Di belakang laki2 pecundang ada perempuan yg letoy"

Pepatah itu, sekali lagi, menunjukkan betapa menentukannya perempuan terhadap jatuh bangunnya laki2.

------

Lalu apa hubungannya dengan korupsi?

Aku yakin Abraham Samad setuju dengan ini, bahwa 90% pelaku korupsi di Indonesia adalah laki2. 10%nya adalah oknum2 perempuan.

Jika dibenturkan dengan pepatah, maka setidak2nya ada 90% perempuan (istri pelaku korupsi itu) yang lemah yang berdiri di belakang para pelaku korupsi itu.

Bukannya meng-kambinghitam-kan perempuan terhadap fenomena korupsi, tapi pepatah itu mengajarkan banyak hal, bahwa perempuan bisa mengambil peran terhadap pemberantasan tindak pidana korupsi. Bahkan perempuan punya potensi yang strategis sebagai salah satu penentu tinggi rendahnya kasus korupsi di Indonesia.

Ke depan, semangat Cut Nyak Din harus benar2 dihayati oleh sebanyak2nya perempuan untuk lebih gagah berani (baca: cerewet) mengawal sang suami untuk tidak korupsi.

Berikan presure yg kuat kepada suami untuk tidak korupsi, baik secara lisan maupun sikap. Jika tercium indikasi suami korupsi, segera lakukan ini: ngomel 7 hari 7 malam trus cuekin 40 hari 40 malam, mogok masak, mogok dandan, sabotase kamar tidur, embargo kebutuhan biologis, hingga ancaman cerai!

Suami mana yg tahan dengan presure seperti itu?!

Tapi aku merasa, istri2 90% pelaku korupsi itu tidak memahami semangat Kartini, apalagi semangat Cut Nyak Din. Maklum, karena peringatan hari Kartini dianggap lebih seru dengan perlombaan peragaan busana kebaya, masang konde, merias wajah hingga lomba mirip Kartini.

Sebaliknya, istri2 dari 90% pelaku korupsi itu justru pura2 tidak tahu, mendiamkan, mendorong, memfasilitasi, membenarkan, bahkan menyuruh suaminya untuk korupsi. Ada pula yg justru menikmati hasil korupsi suaminya.

Ada juga yg lebih ekstrim, ada seorang perempuan di Semarang yang bernama Kartini pun ikut2an korupsi.

Jangankan Cut Nyak Din, Kartini pun akan menangis melihat fenomena ini.

(tolong dicek, ulang tahun Cut Nyak Din itu tanggal berapa sih?)