Kanda, selamat menempuh hidup baru

Tidak setiap hari aku mbaca koran, tidak juga menonton berita di tv2; tapi seingatku hampir tidak ada tersangka2 korupsi yg menyesal telah melakukan korupsi. Rasa2nya gak ada.

Mereka sangat sibuk membela diri dan berusaha mencari2 pembenaran yg sebagian besar tidak masuk akal. Cokot sana cokot sini. Fitnah sana fitnah sini.

Bahkan orang2 yg tidak pernah diduga akan terlibat korupsi, njekethek terlibat juga. Bahkan jadi pelaku utamanya, aktor intelektual.

Mulai dari yg mulia hakim konstitusi, kyai yg juga ketua partai 'bersih dan peduli', ato yg paling baru, mantan aktivis HM* yg juga ketua umum partai 'katakan tidak pada korupsi', -pun njekethek korupsi juga. Dan ini: sama sekali tidak merasa bersalahnya.

Boro2 ngaku salah, malah tunjuk hidung orang lain: penjebakan, politis, tendensius dan konspirasi!

Masio kasus2 itu dilakukan orang2 punya kekuasaan secara politik, -pun masih bisa2nya mereka mengatakan kasusnya adalah rekayasa, politis, tendensius, konspirasi, dan seterusnya.

Dalam logika hukum memang terlalu dini menyebut mereka adalah pelaku korupsi, sebelum ada putusan pengadilan.

Tapi logika hukum sering kali tidak sejalan dengan logika warung kopi. Di warung kopi tidak perlu bukti otentik. Ditahan KPK itu sudah cukup untuk menyebut bahwa mereka adalah koruptor. Toh, nyaris tidak ada yg lolos dari jerat KPK.


Komentar