Merokok (Tidak Bisa) Membunuhmu

Sudah banyak upaya pemerintah untuk mengurangi jumlah perokok. Mulai dari pengenaan cukai yg tinggi, membatasi distribusi penjualan, pembatasan iklan, kampanye2 anti rokok, dan yg paling gres: merubah peringatan di iklan2 rokok.

Dulu, peringatan itu ditulis agak panjang, detil, dan horor. Mulai dari serangan jantung, kanker, keguguran, hingga impotensi. Bukannya berkurang, jumlah perokok semakin banyak. Industri rokok juga meninggi.

Lama kelamaan kalimat horor itu-pun dianggap kurang horor. Maka digantilah peringatan itu menjadi lebih horor, jadi begini : "Peringatan : merokok membunuhmu". Di sampingnya ada gambar laki2 berkumis sedang merokok.

Tentu saja,  maksudnya baik. Agar para perokok berhenti merokok. Dan yg belum merokok jangan coba2 merokok. Tapi apakah itu akan berhasil? Aku gak yakin.

Pertama. Penggunaan kata 'membunuh', menurutku, terlalu berlebihan. Malah itu yg bikin pembaca jadi gak percaya dengan peringatan itu. Kalau memang rokok itu bisa membunuh, kok masih diiklankan ? Bukankah membunuh itu tindak pidana ?

Kedua. Jika memang rokok bisa membunuh, mestinya polisi bisa langsung menangkap pemasang iklan, pemilik pabrik, karyawan pabrik rokok, dan para penjual rokok. Karena memproduksi dan menjual itu juga bisa dianggap terlibat pembunahan. Istilahnya, turut serta.

Ketiga. Dalam tata bahasa, kalimat peringatan itu membingungkan. 'Merokok' adalah kata kerja. 'Membunuh' juga kata kerja. Kata kerja digandeng kata kerja. Ini tata bahasa yg ngaco.

Keempat. Space peringatan, menurutku, terlalu kecil untuk sesuatu yg sangat serius. Cuman 10%, 90%nya iklan rokok. Kalau memang benar merokok bisa membunuh, mestinya dibalik: peringatan 90%, iklan 10%.

Kelima. Kenapa cuman foto laki2 berkumis yg dipasang di peringatan itu, memangnya rokok gak bisa membunuh laki2 yg tdk punya kumis? Ini yg bikin laki2 yg tdk punya kumis merasa tidak terancam dengan peringatan itu. Akhirnya, orang2 akan berbondong-bondong cukur kumis.