Nafsiah Sabri For First Lady!

Jam 2 siang, aku terpaksa harus melarikan diri dari kantor karena aku janji ngantar istriku nonton debat konvensi demokrat di Grand City. Aku tidak sempat untuk ijin ke bos. Benar2 melarikan diri. Bisa saja besok aku ditegur karena ini, tapi...ah biar saja.

Matahari masih terasa menyengat, kutembus jalanan yg macet dengan lincah. Sesampai di rumah, istriku sudah menanti sejak tadi. Belum sempat berangkat, tiba2 hujan deras mengguyur. Sangat deras, dan angin sangat kencang.

Ada jas hujan sih, tapi rasanya ini terlalu deras untuk diterjang. Aku memilih menunggu sejenak, siapa tahu ini hanya sebentar.

Depan rumah mulai banjir. Kira2 20 centi. Hujan masih deras, tapi tidak sederas tadi. Istriku mengajakku untuk nekat berangkat. Aku mengangguk. Berangkatlah aku, istri, dan anakku menerjang hujan membelah banjir.

Ku-stater motorku, dan... astaga, sandal ku yg sebelah kanan putus. Aku gak punya sandal lagi. Ah sudahlah, aku tetap berangkat dengan sandal sebelah kanan terputus.

Di depan Grahadi, jalanan terlihat banyak orang berkaos putih, dan jalanan semakin macet. Tepat di gedung Kotamadya jalanan macet total, gak bergerak sama sekali. Aku putar otak, cari jalanan lain. Aha... lewat Jimerto saja. Lewat belakang Grand City. Lumayan, bisa keluar dari kemacetan.

Sesampainya di Grand City, kulihat ratusan orang berjejal. Kugendong anakku, sementara istriku kubiarkan ikut berburu salaman, tos, atau foto2 dengan Dahlan Iskan. Kutahu, dia sangat menggilai Dahlan Iskan.

Ratusan, mungkin ribuan orang2, berdesak2an untuk bisa salaman, tos, atau foto dengan Dahlan Iskan. Aku terjebak ditengah2 mereka, sambil menggendong anakku dengan sandal terputus.

Tanganku mulai terasa kemeng, tapi aku tahan saja. Aku tidak mungkin melepaskan anakku ditengah kerumunan seperti ini. Beberapa kali sandalku, yg putus tadi, terlepas. Sambil kugendong anakku, kucari2 sandalku di sela2 kaki ratusan orang. Kasihan sekali.

"Bapak" tanya anakku, "Dahlan Iskan itu siapa sih?". Dia mulai bertanya2 kenapa banyak orang rela berdesak2an untuk Dahlan Iskan.

Aku jawab dengan ter-engah2, "Dia itu yg punya kereta, yg punya pesawat. Dia itu orang hebat. Dia mau jadi presiden"

"Oooo..." Kata anakku.

Acara debat masih 2 jam lagi. Anakku sudah mulai bosan menunggu. Dia sudah minta pulang. Setengah mati aku membujuknya untuk tunggu sampai acara selesai. Kulihat istriku asyik bernyanyi2 di depan sana "pokok'e Dahlan, pokok'e Dahlan!"

Dalam hati aku menggerutu "Dahlan Iskan harus terima kasih sama aku nih. Besar pengorbananku hari ini untuk dia, dari siang sampai malam ini. Kasih apa gitu, uang kek"

Tapi sialan, gak ada yg bagi2 uang. Kutanya sebelah2, juga tidak dikasih uang. Tidak ada yg dikasih uang.

Sialan nih orang, mau jadi presiden kok gratisan begini. 

Mulai hari itu aku putuskan mending dukung yang lain aja : Nafsiah Sabri, for First Lady!

Komentar