Menikmati masa SD

Semua sepakat bahwa setiap orang tua pasti ingin anaknya sekolah di sekolah yg terbaik. Pertanyaannya adalah apa ukuran terbaik itu? Dan jika itu adalah memang sekolah terbaik, apakah sekolah itu baik untuk anak?

Ukuran sekolah terbaik itu banyak, tapi aku tidak berencana untuk membahasnya satu per satu. Yg pasti bukan seberapa banyak lantai sekolah, atau seberapa bagus bangku di kelas.

Dulu, pilihannya hanya 2, swasta atau negeri. Keduanya hanya dibedakan siapa pengelolanya, swasta atau negeri. Sekarang, yang swasta bertambah banyak macamnya. Kebanyakan menawarkan kurikulum modern (full day) dgn menonjolkan materi-materi keagamaan. Yg negeri, hanya begitu2 saja sejak dulu.

Aku (dan istriku) akhirnya memutuskan untuk menyekolahkan anakku di SD negeri, dekat rumah. Ada beberapa alasan teknis yg lain kali aja aku ceritakan.


Waktu
Usia anak SD, adalah usia yg paling menyenangkan. Aku bersyukur tidak melewatkan masa2 yg menyenangkan itu. 

Aku tetap bisa sekolah, tanpa kehilangan kesempatan bermain bola di sawah, jeburan di kali, mencuri mangga rame2, dikejar anjing, mancing belut dan yuyu, main keong, udan2, ngejar layangan, berburu tembaga, ngaji rame2 di musholah, kemah, naik kambing, renang di kolam comberan, dan banyak lagi.

Percayalah, itu sangat menyenangkan!

Itu semua aku bisa nikmati karena aku tidak punya beban yg terlalu berat untuk sekolah. Misalnya, pulang sekolah tidak pernah lebih dari jam 12, tidak ada pelajaran2 tambahan yg aneh2, juga tidak banyak kegiatan2 wajib.

Yg seperti itu, hanya ada di SD negeri.

Aku pengen anakku juga menikmati masa2 SD-nya dgn ceria.

Teman
Secara demografi, aku termasuk masyarakat kelas menengah agak atas sedikit. Sedikiitt. Orang seperti aku ini sebenarnya sudah masuk kriteria pasar sekolah2 modern, selain masyarakat kelas atas tentunya.

Karena pasar-nya begitu, dapat dipastikan bahwa sekolah2 modern (yg mahal itu) diisi oleh anaknya orang2 kaya, atau setidak2nya anaknya orang2 yg merasa kaya.

Beda dengan SD negeri. SD negeri itu milik segala lapisan (cenderung ke bawah). Di sana ada anaknya pengacara, polisi, PNS, karyawan pabrik, petani, pedagang, tukang bangunan, serabutan, hingga pengangguran.

Menurutku itu bagus. Bagus untuk pembentukan karakter anak, bahwa pertemanan dan pergaulan bisa dibangun dgn siapa saja tanpa memandang kaya-miskin.

Anakku perlu itu.

Kurikulum
Bisa jadi kurikulum di SD negeri kalah canggih dibanding sekolah2 modern. Aku dengar, sekolah2 modern banyak mengadopsi kurikulum dan metode pembelajaran dari luar negeri.

Sedangkan kurikulum di SD negeri adalah kurikulum standar yg dibuat pemerintah. Pengajarnya pun guru2 pns yg mungkin kurang up to date.

Menurutku itu tidak terlalu masalah. Aku anggap itu bagian dari proses. Lagian, bukankah pendidikan itu bukan hanya tanggung jawab guru, tapi juga orang tua?


Komentar