Rejeki Cor Manual

Awalnya aku ngotot untuk pakai cor jadi (readymix), karena meskipun agak mahal, kualitasnya pasti lebih terjamin. Lagian, pake cor jadi itu lebih sederhana, tidak repot, dan tidak makan banyak waktu.

Apalagi, waktu itu, sulit cari pasir yg bagus karena tambang pasir di lumajang masih ditutup total. Yg dijual di galangan2 hanya pasir2 biasa yg sebenarnya kurang cocok untuk cor.

Tapi istriku ngotot pake cor biasa saja, alias manual. Beli bahan2 sendiri, lalu diangkut manual pake timba. Alasannya sih karena lebih murah.


Cukup lama aku meyakinkan istriku untuk pakai cor jadi saja. Kau tahu, tidak mudah meyakinkan istriku. Apalagi itu menyangkut lebih murah atau lebih mahal.

Sebenarnya waktu itu dia sudah sempat setuju dgn mau-ku. Sudah setuju kasian.

Tapi tidak ada angin, tidak ada hujan, apalagi badai, istriku tiba2 berubah lagi. Dia kembali ke maunya yg awal: cor manual.

Perjuangan harus mulai dari nol lagi. Kali ini kayaknya lebih berat, karena semakin banyak yg nambah2i maunya.

Di situ aku mulai putus asa.

Dan akhirnya aku menyerah memperjuangkan kemauanku. Dia terlalu keras untuk diyakinkan. Akhirnya pake cor manual. Dia menang.

Aku hanya bisa menghibur diri:
"Ah... mungkin ini sudah rejekinya: yg jual pasir, semen dan koral, yg menyewakan molen, yg angkut cor (di bawah, tengah, dan atas), tukang, dan para kuli"

"Mungkin anak2 dan istri mereka lebih membutuhkan nafkah dari cor manual itu, daripada majikan pemilik perusahaan penjual cor jadi"

"Lagian, bukankah sedekah terbaik adalah gunakan jasanya (atau beli barang dagangannya)?"

Komentar