HMI Ikut2an

Terus terang, dulu, waktu aku diajak ikut LK 1 di villa Gandrung Gunung-Batu, tak terbersit sedikit pun keinginan agar dianggap sebagai orang HMI. Atau biar disebut jadi aktivis. Mau dianggap, mau tidak, aku akan tetap ikut acara itu. Bukannya apa sih. Nyaris semua teman2-ku ikut acara itu. Lha kalau aku gak ikut, aku ngapain di kosan sendirian. Mending aku ikut. Itung2 refreshing. Jadi, ya lebih karena faktor ikut2an saja sih... Setelah acara itu, ee... aku ternyata dianggap sebagai orang HMI beneran. Ya alhamdulillah. Walaupun sekedar HMI level penggembira, tapi itu sudah cukup bikin aku bangga. Karena dianggap orang HMI, aku jadi bisa ikut di banyak kegiatan HMI. Mulai diskusi, rapat, pelatihan, hingga demo. Termasuk beberapa kali numpang mandi dan tidur di komisariat. Walaupun tidak sedalam dan seserius teman2ku yg lain, yg begitu militan menjaga panji2 HMI, di situlah aku banyak belajar ttg organisasi, politik kampus, idealisme, dst...

--- Di lingkungan kampus, organisasi macam HMI (atau PMII, GMNI, PMKRI, LMND, dst) itu bukan sekedar organisasi, tapi semacam ras.
Masing2 akan menstigma satu sama lain. Masing2 mengklaim sebagai ras, eh.. organisasi terbaik. Masing2 membangun identitas, komunitas dan solidaritas. Dan itu turun temurun...
Identitas (komunitas dan solidaritas) itu akan terus bertahan pasca mahasiswa. Di dunia kerja. Bisnis. Terlebih masalah politik. Hingga masa pensiun. Mungkin juga di akherat.
Mangkanya menyerang kehormatan ras, eh... organisasi2 ini, terlepas benar atau tidak benar, bisa membangkitkan bara solidaritas yang meledak2 dari para alumni, apalagi yang masih aktif.
Sebagai organisasi terbesar (sebagai orang HMI, hak saya dong bilang HMI yg terbesar. Dan terbaik), alumni HMI itu tersebar di segala penjuru negri. Di segala lapis profesi. Dari yg tertinggi, menengah hingga yg terendah. Dari menteri hingga ketua RT. Dari aktivis LSM sampai pegiat MLM. Dari ustad hingga koruptor. Iya koruptor. Seperti yg dibilang pak SS itu.
Jauh di lubuk hati, dengan redaksional yg direnovasi, aku tidak terlalu sakit hati atau gelisah dgn statemen pak SS itu. Karena faktanya, memang banyak alumni HMI yg terlibat kasus korupsi.
Banyak? Iya banyak. Karena satu-pun kebanyakan untuk ukuran HMI, yg punya Nilai Dasar Perjuangan. Apalagi sampai belasan. Kelas kakap lagi. Kakap bengkak.
Sedangkan alumni yg berprestasi dan berintegritas, jumlahnya tidak terlalu banyak. Karena puluhan juta-pun tidak terlalu banyak untuk ukuran HMI, yg punya Nilai Identitas Kader. Kecil. Sekecil teri. Teri kurus.

Komentar