Jebakan Tikus

Tidak banyak tokoh politik yg aku perhatikan. Romahurmuzy adalah salah satu dari yg tidak banyak itu. Bukan apa2. Fotonya pernah terpajang billboard mentereng di pinggir jalan ukuran jumbo. Baju putih, dengan sorban hijau muda yg dikalungkan di lehernya. Hampir setiap hari aku lewat jalan itu..
.
Kesan yg aku lihat dari billboard itu, Romi adalah orang yg muda, dinamis, cerdas, islam, dan berani. Jika itu yg memang ingin di sampaikan, iya, billboard itu berhasil menyampaikan pesan itu.
.
Di media sosial, aku juga menangkap bahwa Romi adalah tokoh yg santun, family man dan bersahaja. Menyayangi keluarga. Nampaknya, dia orang baik.
.

Mangkanya begitu mendengar dia kena OTT, aku terkejut. Tidak percaya. Aku prihatin. Bahkan sempat terpikir, ini hanya salah paham. KPK yg salah. Tapi dalam hati kecil bertanya2, apa iya KPK salah melakukan OTT..
.
Aku membayangkan betapa malunya Romi tertangkap KPK. Mentalnya, apalagi keluarganya, pasti hancur. Apalagi ini karena korupsi. Tuduhan terhina bagi seorang politisi. Disorot ratusan mata kamera keluar dari gedung KPK mengemban status tersangka. Tersangka korupsi.
.
Hingga kemudian berita yg aku tunggu2 datang juga. Tentang momentum Romi keluar dari gedung KPK dengan rompi oranye. Untuk melihat bagaimana ekspresi wajahnya di depan wartawan.
.
Jauh. Sangat jauh dari bayanganku.
.
Senyumnya tetap mengembang. Senyum yg sama dengan senyum2 selama ini. Wajahnya tetap tegak menghadapi pertanyaan2 wartawan. Tetap percaya diri dengan menggunakan kacamata hitam gaul, seperti hendak berwisata di pantai. Senyumnya terus merekah meski tangan terborgol, bahkan ketika ia telah masuk di dalam mobil tahanan.
.
Diantara serbuan pertanyaan wartawan, tak ada satupun yg dijawab. Ia hanya berujar sebuah kalimat mainstream yg diucapkan pasien2 KPK selama ini: "Saya dijebak".
.
Meminjam pepatah arab, "al ayyamu la terjebaakku di jebaakan altikusi"
.

Komentar