Manusia, Secara Teknis

Secara teknis, manusia itu lahir dari proses pertemuan sel sperma dengan sel telur. Dalam bahasa yg lebih teknis lagi, manusia itu lahir dari gerakan senggama penis yg berujung pada puncak ejakulasi yg menyiramkan lendir sperma pada liang vagina.

Dengan bahasa teknis yg kurang lebih sama, kelahiran manusia itu mirip dengan kelahiran upil. Gerakan telunjuk yg menusuk hidung, lalu menghasilkan secuil upil dari lubang hidung.

Tapi manusia bukan upil, karna upil gak perlu nyawa, kehidupan, rejeki, apalagi jodoh. Upil hanya butuh rongga hidung yg lembab, dan keuletan ujung jari untuk mencarinya. Setelah ketemu, terserah mau diapakan. Dibuang boleh. Dibiarin menumpuk di hidung boleh. Dipindah ke hidung sebelah juga boleh.

Nah, Tuhan tidak menciptakan seorang manusia, seperti manusia menemukan upil. Ada pertimbangan spiritualitas Tuhan yg tidak selalu dapat dipahami manusia. Bukan melulu sekedar persoalan teknis.

Tuhan tidak saja menciptakan kelahiran manusia secara fisik, tapi juga menciptakan skenario kehidupan bagi setiap manusia yg dilahirkan, yg skenario itu akan berhubungan dengan skenario manusia lainnya. Tidak peduli seberapa sering dan seberapa heboh manusia bercinta, jika Tuhan belum menetapkan skenario itu, manusia baru belum akan terlahir.






Jangankan manusia modern, nabi Ibrahim aja yg hidup di jaman ketika belum ada knalpot, gud*ng garam, ind*mie, dan aj*nomoto; harus menunggu bertahun2 dan berliku untuk kelahiran anaknya, Ishak, karena ternyata Tuhan lebih dulu menciptakan skenario untuk kelahiran Ismail.

Mangkanya, sebaiknya manusia terus berdoa kepada Tuhan agar segera membuatkan dan menyiapkan skenario kehidupan bagi lahirnya manusia baru. Selebihnya, lakukan proses teknis-nya sebaik mungkin.



Komentar