Menjaga Kepercayaan

10 tahun aku hidup di malang. Dari tahun 1999 sampai tahun 2009. Setelah lama tidak ke malang, pangling juga aku melihat jalanan di malang. Semakin banyak hotel dan ruko.

Dari sekian banyak perubahan, ada 1 yg gak berubah, yaitu: mikrolet (atau angkot). Mikrolet di malang semua berwarna biru. Untuk membedakan rute, setiap mikrolet punya inisial rute.

Misalnya: AG untuk Arjosari-Gadang, LG untuk Landung Sari-Gadang, ABG untuk Arjosari-Borobudur-Gadang, dan seterusnya.

Itu ciri khas yg hingga kini belum berubah.

Sayangnya, angkutan umum di Malang sampai sekarang kurang tersentuh modernisasi. Mikroletnya masih begitu2 aja. Taksi juga gak terlalu berkembang.

Sebagai kota besar, malang belum juga punya layanan taksi yg memuaskan. Masih banyak sopir taksi yg "memaksa" penumpang untuk pake sistem borongan daripada pake argo.

***

Memang gak mudah buat sopir taksi di malang ini. Jumlah penumpang gak sebanyak di kota2 lain, seperti surabaya misalnya. Di sisi yg lain, mereka dikejar setoran dan kebutuhan rumah tangga.

Banyak yg tergoda untuk "mencari akal" agar dapat pemasukan yg lebih baik. Caranya, ya gitu, pake sistem borongan. Kalaupun pake argo, mereka akan carikan rute yg jauh. Dari arjosari ke dinoyo, yg seharusnya bisa motong lewat sukarno hatta, dilewatkan ke arah saiful anwar.

Tapi gak semua sopir taksi begitu. Ada yg tidak begitu. Sopir2 yg begitu mempertaruhkan semua beban hidupnya dengan menjaga kepercayaan penumpang yg belum tentu peduli dgn perjuangannya menjaga kepercayaan. Jangankan ngasih tip, terima kasih aja tidak.

Menjaga kepercayaan itu memang terkadang sulitnya amit2, makan hati, dan belum tentu ada kompensasinya. Tapi pak ustad bilang: dapat pahala.