Yang Tidak Terhormat

Masih ingat acara di transTV "Bosan Jadi Pegawai" gak ? Aku masih ingat. Aku tiba2 ingat acara itu gara2 liat penjual sate dekat rumah tadi malam.

Umurnya masih muda. Lebih muda dari aku. Penampilannya educated. Orang begitu biasanya mudah cari kerjaan jadi pegawai di kantoran. Ya...paling nggak di pabrik-lah. Tapi dia milih jadi penjual sate. Sate ayam, sate kambing, dan gule.

Warungnya sederhana sekali, berdinding anyaman bambu dan berlampu redup. Lantainya plesteran semen biasa. Itupun gak rata.

Aku liat dia sibuk mengipas2 sate, sambil sesekali menyiapkan bumbu, dan mengiris bawang merah. Sibuk sekali dia. Ada 6-7 pembeli antri menunggu. Ada yg dibungkus ada di makan di situ.

Katanya, sehari dia bisa dapat 800rb-1juta. Kalau rame, bisa sampe 2juta! Taruhlah sehari dia dapat 800rb. Lalu, 20% dari penjualan adalah untungnya, maka dia dapat 160rb sehari. Maka sebulan, 'gaji' yg dia terima sebulan 4,8juta!

Gaji segitu sudah jauh melebihi gaji UMR. Ribuan orang harus menunggu bertahun2 untuk dapat gaji segitu. Malah, ada yg harus demo dulu untuk bisa dapat gaji segitu.

Kembali ke acara transTV tadi.

Acara itu bagus. Inspiratif dan provokatif. Menarik buat orang2 yg sudah jenuh hidup dalam rutinitas. Pagi berangkat pulang sore. Ceklok. Gaji bulanan (yg segitu2 aja). Diperintah. Bukan beberapa tahun, tapi bertahun2.

Dalam kejenuhan seperti itu, acara itu datang memprovokasi agar cepat keluar dari zona kejenuhan, lalu keluar bikin usaha sendiri. Merdeka.

Ada banyak yg benar2 terprovokasi lalu benar2 keluar dari tempatnya bekerja lalu menjalankan bisnis sendiri. Ada yg berhasil, tapi banyak juga yg gagal.

Gagal menjalankan usaha sendiri itu adalah hal yg biasa. Lumrah. Lazim. Yg gagal berbisnis banyak sekali. Ada yg langsung menyerah, tapi banyak juga yg keras kepala meski setiap hari mereka menderita.

Di sini mestinya transTV bikin acara tandingan: "bosan punya bisnis tekor?" Isinya cerita tentang pegawai2 yg hidup bahagia, produktif, berprestasi, sejahtera, sentosa, dan seterusnya.

Acara ini isinya penuh dengan provokasi kepada pengusaha2 babak belur, yg selalu sengsara setiap menghitung neraca, yg selalu gelisah melihat pemasukan, yg gundah ngliat kompetitor yg lebih giras, yg tersiksa dgn rintihan anak istri; agar berhenti jadi pengusaha. Mending jadi pegawai.

Acara ini memberikan pesan, bahwa pegawai adalah pekerjaan yg terhormat, menyenangkan, dan menenangkan. Bahwa hidup harus saling melengkapi. Gak bisa semua jadi bos. Harus ada yg jadi bawahan. Jadi bawahan tidak harus jadi orang rendahan.

****

Pegawai atau wiraswasta mestinya gak usah dibentur2kan begitu, seolah2 wiraswasta itu keren dan jadi pegawai itu pecundang. Atau sebaliknya.

Dua2nya adalah pilihan pekerjaan yg terhormat, sepanjang bisa dinikmati dan dijalankan dengan sebaik2nya. Dua2nya butuh keseriusan dan keikhlasan.

Yg tidak terhormat itu adalah jadi pegawai bertahun2 tapi kerjaan gak ada yg beres. Mau bisnis tapi gak punya nyali. Akhirnya kerjaannya hanya mengeluh, mengumpat, dan makan gaji buta.

Yg tidak terhormat itu adalah jadi pengusaha tapi culas. Sikut sana sikut sini. Curang sini curang sana. Embat sana embat sini.