Ambil Hikmahnya...

Bagi kita yang kerap tidak nyaman dengan sesuatu yang gak bener, dan kita mulai merasa jengah kenapa yang gak bener itu terus saja gak bener. Terkadang kita meresa jengkel, lalu kita mulai gak enak makan, lalu kita menjadi gak bisa tidur, gelisah dan menjadi kurus kering.

Misalnya, kenapa sih sepak bola Indonesia dari dulu gak maju maju. Wasit gak becus, penonton rusuh, pemain berantem, timnas gak pernah menang, hingga pengurus PSSI yang gak pernah akur. Pemain yang dulunya menjadi pahlawan, kini di hari tuanya hidup merana. 

Atau kenapa sih cerita serial kasus-kasus korupsi kok gak pernah habis. Mulai dari korupsi sarung, hingga mesin jahit. Mulai dari aspal, hingga bangku sekolah. Mulai dari dana sosial, hingga dana haji. Mulai dari ratusan juta, hingga milyaran. Mulai dari pegawai kelurahan, sampai anggota DPR.

Atau kenapa sih naik kapal Pelni itu setengah mati ribetnya. Mulai dari tiket yang sudah diborong calo, hingga kapal yang gak berangkat berangkat. Mulai dari beratnya berdesak-desakan di pintu masuk, hingga susahnya cari tempat di atas kapal. Mulai dari pesingnya toilet, hingga rasa nasi jatah yang gak pernah sedep.

Terkadang kejengkelan itu menjangkau batas toleransi kesabaran yang kita miliki. Kalau sudah begitu, terkadang saya pun berupaya untuk mencari-cari kira-kira siapa yang salah dengan kondisi itu.

Mencari-cari kambing hitam adalah hal yang paling mudah dilakukan oleh siapa saja. Bahkan anak yang baru lulus SD dengan rangking terendah pun bisa. Kita hanya butuh imajinasi dan seni menggathok-gathokno.

Ada yang menuduh pejabatnya yang gak bener, ada mendakwa aturan main yang gak jelas, ada pula yang melimpahkan kesalahan pada budaya. Bahkan yang paling jauh, menganggap semua itu sudah takdir. Ya, Tuhan yang salah!!

Dan aku termasuk orang yang sering menuduh, mendakwa, melimpahkan dan yang mengganggap biang kerok masalah-masalah itu karena ulah si wedhus ireng. Like I said before, it’s the most easier things to do!!

Tapi, terkadang aku merasa jenuh cari-cari wedhus ireng, karena sebanyak apapun wedhus ireng yang yg bisa kita tangkap, tidak juga membuat hidup ini bebas dari masalah. Hingga aku tersadar bahwa ternyata selalu ada orang-orang yang justru mendapat hikmah dari masalah-masalah itu.

Sepak bola misalnya. Sejak perpecahan PSSI, semakin banyak orang yang bisa hidup dari sepak bola. Perpecahan itu artinya ada 2 kompetisi, jumlah klub yang dua kali lebih banyak, perangkat pertandingan (pemain, wasit, hakim garis hingga ball boy) yang melonjak, calo tiket semakin banyak kerjaan, penjual kaos punya lebih banyak pangsa pasar, hingga pedagang asongan yang bisa berjualan lebih banyak dari biasanya.

Yang jarang kita duga adalah korupsi. Di tengah-tengah kebencian kita terhadap korupsi, ternyata banyak juga lho orang yang hidup dari isu korupsi ini.

Yang paling nyata adalah didirikannya pengadilan tipikor. Banyak orang-orang yang sebelumnya punya penghasilan yang pas-pasan, itupun kadang ada kadang tidak, iseng-iseng ikut seleksi jadi hakim. Eeee....keterima. Kini mereka hidup lebih sejahtera, dengan penghasilan yang tetap, dan tentu saja berkecukupan.

Pengacara-pengacara pun semakin punya lebih banyak pangsa pasar. Yang sebelumnya hanya berkutat pada kasus perceraian TKI dan pencurian sandal japit, kini sudah petentang-petenteng di pengadilan tipikor mendampingi pejabat yang belum tentu tidak melakukan korupsi itu.

LSM-LSM karbitan pun banyak yang melihat basahnya isu korupsi ini. Mereka memproduksi proposal dengan substansi yang payah, namun cukup seksi untuk bisa dijual kepada siapa saja. Bisa partai, bisa lawan politik, bisa pemerintahan, atau siapapun. Setan kalau perlu. Yang dikejar tentu proyek, persetan dengan isu korupsinya. Jika di acc, itu artinya adalah pekerjaan baru, yang itu artinya pendapatan baru!

Kalo aku sih melihat orang-orang yang “diuntungkan” dengan masalah-masalah tersebut dengan perspektif yang positif, bahwa Tuhan sedang memberikan rejeki kepada mereka.

Lagi pula, bukankah rejeki memang selalu dilahirkan dari masalah?

Ya, walaupun terkadang kita harus memeras otak untuk bisa menemukan hikmah dari masalah-masalah yang ada di sekitar kita, atau masalah yang kita alami sendiri. Tapi yakinlah, seberat apapun masalah pasti ada hikmahnya.

Ya, walaupun terkadang kita merasa hikmah tersebut sama sekali tidak seimbang dengan dampak yang ditimbulkan.

Ya, walaupun terkadang yang mendapat hikmah itu adalah orang lain, paling tidak hikmah itu memang ada.

Terkadang hikmah tidak berwujud materi, tapi bisa berupa kesempatan, bisa berupa pendewasaan, bisa berupa persaudaraan, bahkan bisa perjodohan.

Jadi, ketika kita merasa putus asa dengan masalah, kerahkan segala kemampuan kita untuk menemukan setiap hikmah yang ada dalam masalah-masalah. Hanya dengan begitu, kita bisa terhibur dengan masalah-masalah terberat apapun.

Jadi, ambil himahnya saja!

Selamat berburu hikmah....

Komentar