KARAKTER PLUSSER INDONESIA

1. Plusser Original
Jumlahnya tidak terlalu banyak. Mereka posting materi2 yang memang benar2 karyanya sendiri, seperti tulisan, gambar, gif maupun video. Mereka sangat kreatif!!

Terkadang memang agak sulit untuk memastikan orisinalitas posting mereka, karena banyak pula plusser yang berpenampilan seolah2 postingnya adalah posting karyanya.

Plusser original biasanya memiliki minat khusus pada beberapa tema saja dan memiliki background keterampilan di bidang tertentu, misalnya fotografi, gambar teks lucu, cerita lucu atau artikel2 tertentu.

2. Plusser Repackage
Plusser ini memiliki kemampuan untuk mengemas ulang materi2 dari sumber lain dengan memberikan sentuhan2 unik sehingga memberikan nilai tambah dari materi aslinya. Bahkan terkadang materi Repackage ini jauh lebih popular dari materi aslinya.

Plusser ini memiliki kejelian dan skill yang tinggi dalam memilih materi yang dianggap layak dan menarik untuk di-repackage. Kegiatan repackage sendiri juga membutuhkan skill yang tidak sederhana, karena mereka tidak sekedar posting ulang.

Terkadang mereka menambahkan ilustrasi yang lebih mudah dipahami dengan bahasa sederhana dan lebih menarik, atau memberikan ilustrasi dalam bentuk gambar. Terkadang penambahan itu memberikan perspektif lain dari sebuah materi.

Mereka menjaga betul etika dalam repackage, yakni selalu menyebutkan sumber aslinya. Paling tidak menuliskan sebuah link sumber.

Tidak jarang plusser repackage ini mampu menarik perhatian plusser lainnya untuk memberikan 1+, komentar dan bahkan mem-posting ulang posting itu.

3. Plusser Re-post
Plusser jenis ini tidak memproduksi posting secara orisinal, melainkan melakukan posting ulang atas posting plusser lain.

Mereka memiliki posting-posting tertentu yang menurutnya catching dan menarik, dengan tidak melakukan penambahan apapun atas posting tersebut.

Biasanya mereka memiliki jumlah anggota circle yang sangat banyak.

Plusser ini sangat menjunjung tinggi etika dalam berkarya, karena dengan dengan melakukan re-post maka secara otomatis terbaca sumber postingnya.

4. Plusser Copy Paste
Mereka aktif di beberapa sosmed dan memiliki jam terbang yang cukup tinggi untuk surfing di dunia maya, sehingga mereka banyak menemukan materi-materi yang menarik dari kegiatan itu.

Dari hasil pencarian itu, kemudian mereka meng-copas begitu saja lalu mereka posting di akunnya. Bisa berupa cerita2 lucu, gambar, video, gif atau kata2 mutiara.

Beda dengan plusser repost, mereka kerap kali sengaja (atau tidak sengaja) tidak menyebutkan sumber asli materi posting mereka, sehingga seolah2 berharap2 orang lain mengira bahwa posting itu adalah murni karya dia.

Saya kira fenomena copas bukan hanya di Google+, di FB juga banyak yang seperti ini.

Dari sisi persebaran informasi, kegiatan copas ini memberikan hikmah yang positif dan meramaikan stream. Tapi dari sisi etika, kegiatan copas membabi buta ini banyak diperdebatkan oleh beberapa aktivis sosmed.

5. Plusser galau
Belakangan posting galau banyak meramaikan stream. Mulai dari putus cinta, dimarahin bos, jenuh menunggu, tidak punya duit sampai rumah kebanjiran.

Biasanya mereka memiliki anggota circle yang benar2 mereka kenal, sehingga posting mereka mendapat komentar dari teman2nya. Mereka memperlakukan G+ seperti mereka memperlakukan FB.

Tentu posting seperti ini tidak dilarang, namun tidak memberikan nilai lebih buat plusser lainnya, terutama plusser yang tidak mengenal secara langsung plusser tersebut.

6. Plusser pasif
Plusser pasif banyak beredar di kolom komentar di banyak posting plusser lainnya, dan sangat aktif memberikan komentar. Paling tidak aktif memberikan 1+.

Namun ketika ditelusuri, mereka sangat jarang (atau tidak pernah) memposting apapun. Mereka sangat menikmati dan menjelajah posting plusser lainnya.

Mungkin mereka sibuk sehingga tidak memiliki cukup waktu untuk membuat posting, atau mungkin mereka sedang kehabisan daya kreativitas, atau mungkin mereka sedang mengumpulkan materi posting tertentu. Atau mungkin hobinya memang begitu.

7. Plusser dagang
Plusser ini memiliki hasrat untuk memiliki circle sebanyak2nya, dan cenderung membabi buta. Siapa saja di circle.

Niatnya tentu saja bukan untuk berteman, tetapi memperluas daya jangkau pemasaran produknya. Mereka biasanya mereka sok akrab. Misalnya, tiba2 ngajak chating atau hangout tapi ujung2nya nawarin produk.

Setahuku tidak ada larangan khusus untuk berdagang di G+, tapi berdagang di sebuah komunitas yang tidak sedang ingin berbelanja, itu sangat mengganggu.

Tapi lama2, mereka nampaknya tahu diri. Kini jumlah mereka sudah tidak terlalu banyak.


Komentar