Daging Kurban Juga Perlu Bumbu

Banyak orang yg berani mengklaim bahwa angka kemiskinan di Indonesia telah jauh menurun, tapi tidak ada yg berani mengklaim bahwa jumlah orang yg merasa miskin juga turun.

Mangkanya, besok, bisa dipastikan akan ada ribuan atau jutaan orang, entah miskin atau yg merasa miskin, akan berebut mendapat daging kurban di masjid2 atau tempat2 pembagian daging kurban lainnya.

Heboh pembagian hewan kurban menjadi semakin riuh (dan ricuh) karena yg berebut bukan cuma orang miskin, tapi juga orang2 yg merasa miskin juga ikut2an berebut. Bahkan orang yang tidak miskin juga ngebet dapat daging kurban.

Itulah lebaran kurban, semua boleh mendapat daging kurban. Yang miskin, yang merasa miskin, yang kaya, dan yang merasa kaya. Semua boleh merasakan daging kurban. Semua gembira dapat daging kurban.

Tapi apa enaknya daging kalau tidak ada bumbu2nya?

Pak ustad hanya bilang yg dikurban itu hanya hewan ternak, lalu dagingnya dibagi2. Itu saja. Pak ustad lupa kalo masak daging itu perlu bumbu2.

Yg kaya dan yg merasa kaya tentu tidak sulit untuk beli bumbu2, tapi yg benar2 miskin bisa jadi gak punya duit untuk beli bumbu2. Jangankan bumbu, beli beras mungkin juga gak mampu.

Mangkanya banyak orang miskin yang memilih untuk menjual daging kurban daripada memasaknya. 

Jadi perlu fatwa baru: berkurban bumbu2.


Komentar