Kurban dan Ketahanan Energi

Peradaban besar dunia tidak bisa dipisahkan dari keberadaan sungai. Sungai adalah sumber kehidupan. Tapi kini, sungai diperlakukan sebagai instrumen pembuangan sampah yg ekonomis dan praktis.

Saat tiba lebaran kurban, sungai benar2 menjadi pembuangan sampah yg utama. Hampir semua kampung, RT, masjid, kantor2, dan instansi2 yg menyembelih hewan kurban mencuci jerohan kambing/sapi di sungai.

Mereka berbondong2 membuang isi jerohan, yg 90%-nya adalah tai, di sungai. Percayalah, bukan ratusan kilo isi jerohan kambing/sapi yg dibuang di sungai ketika lebaran kurban, tapi ribuan kilo. Jika se-Indonesia: jutaan ton!

Sungai mendadak berwarna hijau kehitam2an. Baunya lebus. Sungai benar2 tercemar. Pencemaran limbah organik ini jauh lebih buruk dari pencemaran limbah kimia!

Mestinya ada cara lain agar jerohan itu agar tidak dibuang di sungai begitu saja, yang religius, ramah lingkungan, sekaligus meningkatkan kesejahteraan bangsa.

Aku punya gagasan ini:
Kementerian agama harus bekerjasama dengan Kementerian Peternakan, Kementerian ESDM dan Kementerian BUMN untuk mengumpulkan isi jerohan hewan kurban dari sabang sampai merauke untuk diolah menjadi biogas.

Biogas adalah sumber energi non fosil yg ramah lingkungan dan ekonomis. Biogas juga bisa dimanfaatkan untuk pembangkit listrik, dan BBM. Tentu ini jauh lebih bermanfaat dari pada dibuang di sungai.

Jika ini dilakukan, Indonesia tidak akan lagi mengalami krisis energi, tidak ada lagi pemadaman listrik, tidak perlu sewa genset, tidak perlu khawatir dianggap in-efisiensi anggaran, dan yang paling penting adalah ini: tidak mencemari sungai!




Komentar