TEHA-ER

Tahun kemarin, begini. Tahun sebelumnya juga begini. Dan tahun ini, masih juga begini: berada di tengah2 kerumunan orang2 yg berburu kostum baru untuk hari raya.

Setiap tahun, 10 hari terakhir bulan puasa, mall2 selalu jauh lebih rame dari masjid. Saf teraweh tinggal 2 gelintir, tapi parkiran di mall sampe meluber di jalan2.

Semakin dekat dengan hari raya, kerumunan itu semakin kerumun. Dan aku, salah satu dari kerumunan itu.

Inilah kerumunan sistematik yg paling sistematis. Agama menciptakan hari raya, negara memberikan THR, dan kapitalisme manawarkan harta benda. Klop!

Semua ini berawal dari THR. Karena THR itulah ribuan orang tiba2 kehilangan akal sehat dan terombang2ing permainan potongan harga dan diskon. Dari model diskon yg konvensional, hingga permainan diskon berantai yg bisa bikin merasa berdosa kalo berhenti belanja.

Revolusi mental-nya Jokowi harus dimulai dari sini, agar agen2 kapitalisme (baca: mall2) tidak terus2an berpesta pora diatas kedunguan orang2 penerima THR itu. Misalnya dengan begini:

Hapuskan THR
THR itu membuat orang semakin berfikir bahwa hari raya itu memang harus berfoya2 dengan beli baju baru, sepatu baru, celana baru, gasper baru, mukena baru, sarung baru, singlet baru, hingga celana dalam baru.

Ini masalah. Jokowi harus segera mengatasi akar masalahnya, yakni dengan menghapus THR. Ganti saja, misalnya dengan ML (modal lebaran), atau SR (sangu rioyo).

Dengan begini mall2 itu tidak bisa lg memperdayai penerima THR, karena THR udah dihapus. 

He...he..., modyar kowe mall2..

Geser THR
Persoalan mendasar lainnya adalah penyerahan THR di bangsa ini harus serentak, yakni seminggu sebelum lebaran. Ibarat perang, penerima THR ini mudah dilumpuhkan hanya dengan satu serangan.

Dan mall2 itu menyerangnya dengan bom diskon.

Ini harus dirubah, agar penerima THR tidak terus2an di-bully oleh mall2 setiap menjelang lebaran. Misalnya dengan penyerahan THR dilakukan secara bertahap, yakni 6 bulan sebelum lebaran, dan sisanya diserahkan 6 bulan setelah lebaran.

He...He..., mampus kau mall2...

Jangan duit
THR itu terlalu memanjakan penerimanya. Menjelang lebaran dapat uang cash gratis. Ini gak bagus. Tidak merangsang penerima untuk mandiri, dan justru merangsang orang untuk konsumtif.

Jokowi harus berani mengambil kebijakan yg tegas untuk melarang pemberian THR dalam bentuk uang cash, tapi dengan barang. Misalnya: beras, gula, telur, atau terigu, atau apapun-lah yg bisa dijual.

Dengan begitu, sifat konsumtif akan hilang dgn sendirinya. Justru ini akan membentuk karakter enterprenuer, yg gak mempan dengan tipuan2 potongan harga. Ini bisa berhasil kecuali mall2 mau menerima pembayaran pake beras atau gula.

He...he..., tewas kau mall2...

Komentar