Belajar Menjadi Juventini (lagi)

Zinedine Zidane adalah orang yg paling bertanggung jawab kenapa aku, waktu itu, jadi seorang juventini. Karena aksi2 seniman bola itulah aku mulai mengikuti perjalanan Juventus. Selain persebaya tentunya.

Setelah Zidane hijrah ke Real Madrid, kadar juventini-ku sempat agak menurun, sampai kemudian ada pemain baru yg juga hebat: Pavel Nedved. Kadar juventini-ku kembali pulih.



Setelah Nedved tidak lagi main, kadar juventini-ku mulai kendor lagi. Apalagi setelah juventus harus terdegradasi ke seri B karena skandal calciopoli.  Lalu bintang2 Juventus satu per satu pindah klub, kayak Edgar David, Camoranese, Canavaro, Tudor, Zambro dst. Kadar juventini-ku semakin kandas di dasar sumur.

Dari kejauhan, kudengar mereka perlahan bangkit dan jadi juara seri B, lalu promosi ke seri A. Mereka kembali ke tim elit liga serie A. Tapi aku sudah terlanjur banyak ketinggalan berita tentang mereka.

Pada saat yg bersamaan pamor liga italia memang sangat anjlok. Liga itu mulai tergusur oleh liga2 eropa lainnya: Inggris, Spanyol, Jerman, bahkan Perancis. Pemain2 bintang liga Italia bedol ke klub2 elit Eropa. Ini yg konon membuat liga Italia sempat tidak ada satu pun TV yg menyiarkan secara live.

Hingga kemudian TVRI yg akhirnya menyiarkan lagi liga Italia itu secara live. Tapi disiarkan TVRI, malah bikin pamor liga Italia tambah nyungsep. Gak tau kenapa. Mungkin level TVRI adalah menyiarkan kompetisi klompencapir. Bukan kompetisi bola.

Sementara di Spanyol, ada klub yg yg sedang gila2nya menjuarai hampir di semua kompetisi yg diikutinya, di level domestik, benua, bahkan dunia. Nyaris tidak ada yg bisa mengalahkan tim itu. Bahkan Real Madrid yg bertabur bintang itu-pun tak berdaya. Tim itu adalah Barcelona.

Berita tentang Barcelona mencapai final di kejuaraan apapun, adalah berita biasa. Termasuk di final liga champion kemaren. Mereka telah mencukur Bayern Muenchen di semifinal. 3-0 di Nou Camp, dan 3-2 di Alliance Stadium.

Di final, banyak yg berharap Barcelona ketemu dengan Real Madrid. Katanya, itu akan jadi laga el clasico terbaik di level kompetisi tertinggi di eropa. Itu akan jadi final yg super ideal. Apalagi di semifinal, Real Madrid hanya bertemu dengan lawan yg enteng: Juventus.

Eh lha dalah, lha kok ternyata Real Madrid keok lawan Juventus. 2-1 di Turin, dan 1-1 di Madrid. Padahal banyak yg menduga, termasuk aku, Juventus akan kocar2ir lawan Real Madrid. Tapi faktanya tidak begitu. Juventus malah yg menang!

Jadilah tanggal 7 Juni 2015 nanti, Barcelona akan melawan Juventus di Berlin. Mungkin itu bukan final ideal, tapi faktanya hanya dua tim itu yg mampu mengalahkam lawan2nya. Secara teknis, mereka adalah tim hebat tahun ini.

Kalau nanti Juventus bisa mengalahkan Barcelona, sepertinya aku harus mulai belajar lagi untuk jadi Juventini lagi!

Kita lihat saja..

Komentar