Susi Seru

Bukannya sombong, tahun ini, hampir setiap minggu aku naik pesawat. Bukan jalan2, tapi nyambut gawe. Bukan beli tiket sendiri, tapi dibeliin kantor.

Dulu, awalnya aku exited setiap naik pesawat. Sudah siap di bandara, 2 jam sebelum boarding. Berburu seat samping jendela. Foto2 dengan latar belakang pesawat, atau garbarata. Sampai, update check in bandara.

Lama kelamaan, kok jadi biasa saja. Seperti naik kendaraan biasa. Ke bandara, kayak pergi ke terminal bis. Ke luar pulau, kayak pergi ke luar kecamatan. Mau update status, malu sama cleaning servis bandara yg setiap hari ke bandara tapi gak pernah woro2.

Tapi sekarang aku kembali exiting naik pesawat, seperti pertama kali naik pesawat. Gimana tidak exiting, untuk pertama kalinya, aku duduk di persis dibelakang pilot!



Aku bisa melihat bagaimana pilot menyalakan mesin, menyetir, mencet2 tombol sana2i, memperhatikan monitor, komunikasi dgn pengawas bandara, sampai bercanda dengan co-pilot nya.

Aku merasa seperti orang ndeso, memperhatikan pilot2 bule itu bekerja. Sementara 6 penumpang lain, duduk tenang di kursinya, bahkan orang di sebelahku tertidur. Sepertinya mereka sudah terbiasa naik pesawat ini, tidak seperti aku yg clingak2uk dari take off sampai landing.

Memperhatikan ketinggian dari jendela pesawat ini, benar2 beda dengan dari jendela pesawat konvensional. Lebih lapang dan lebih clear. Dan yang paling sensasional adalah merasakan sensasi guncangan ketika menembus awan. Wuih... slerep... slerep... plass...

Dari atas, kulihat hamparan perkebunan kelapa sawit yg begitu luas, menghimpit hutan belantara yg rindang. Sungai berkelok2 indah, ada yang berwarna coklat, ada juga yg hitam.

Dapat kulihat dengan jelas aktivitas loading batubara di jety2 perusahaan tambang. Lubang2 bekas galian tambang juga nampak di beberapa tempat. Ada tambang batu kapur, ada juga, tentu saja, batubara.

Ketika mendarat, aku bisa lihat dengan jelas pesawat mulai mendekati dan menyentuh landasan. Landasan yg gak rata dan gak pak panjang, bikin pendaratan jadi: gruduk...gruduk...sruuuut...

Ketika pesawat telah terparkir di apron, belum juga habis rasa exiting-ku. Satu per satu penumpang turun dari pesawat. Aku masih senyum2 dalam hati.

Sebenarnya aku pengen minta selfie dengan pilot bule itu di ruang kokpit, tapi aku gak pede. Gak pede karena kuatir kelihatan norak. Gak pede karena harus berbahasa inggris.

Itulah pertama kali aku naik pesawat kecil, ber-baling2 tunggal, milik Bu Susi.

Komentar