Macet...Macet...Macet...

Aku masih gak habis pikir, gimana orang-orang ini bisa terbiasa dengan kondisi kayak gini. Harus berjam-jam di tengah-tengah macet, dan ini terjadi sepanjang hari dan setiap hari!

Hampir semua jalanan di penjuru ibu kota ini penuh dengan kendaraan, beralu-lalang entah mau kemana. Jalanan yang luas seperti gak ada gunanya kalo jumlah kendaraan terus berkembang tak terkendali.



Entah gimana ceritanya, negeri ini disebut negeri miskin, padahal hampir semua orang punya kendaraan (mobil dan sepeda motor), yang hampir semuanya keluaran terbaru!


Meskipun mereka membeli secara kredit, menurutku mereka tetap gak layak disebut orang miskin. Mereka justru sukarela dan sadar membeli kendaraan dengan harga yang jauh lebih mahal dari pada pembeli kontan/cash. Selisihnya bisa 3-4 kali lipat dari harga cash. Jelas mereka orang kaya!

Bank berlomba-lomba memberikan fasilitas kredit ‘super mudah’ untuk pembiayaan pembelian kendaraan bermotor, tapi mereka gak pernah mau dan gak pernah sempat memikirkan gimana memfasilitasi peningkatan infrastruktur jalan raya atau modernisasi angkutan umum/massal.

Jawabnya pasti, karena kredit pembiayaan kendaraan bermotor jauh-jauh lebih menguntungkan daripada membiayai pengembangan infrastruktur angkutan umum yang ujung-ujungnya dananya dikorupsi.

Lagi pula, itukan tanggung jawab negara. Kalau negara saja tidak pusing, ngapain pusing?

Komentar