Alasan Nge-Blog

1.     Laki-laki dengan akses internet yang melimpah
Apa yang gak bisa diakses di internet? dari tips bakpia basah sampai tips campuran semen. Dari gedung putih sampai kantor kelurahan. Dari mukena renda sampai pembalut organik. Dari Zaskia Meca sampai Maria Ozawa. Semua ada. Semua hanya berjarak beberapa klik.

Dengan akses internet yang melimpah, aku bisa surfing ke mana saja menghabiskan waktu berjam-jam pelototi monitor; pura-pura sibuk dengan sok mengernyitkan dahi.

Akses melimpah ini harus dikelola dengan saiful arif (baca: bijak), dengan kegiatan iseng yang lebih berguna bagi bangsa dan negara. Kalopun tidak berguna, paling tidak, tidak merugikan bagi bangsa dan negara.

2.     Betek
Betek, karena menunggu.
Betek, karena gak ada kerjaan.
Betek, karena strees.
Betek, karena gak bisa tidur.
Betek, karena kerjaan gak mari-mari.
Betek, karena gak nduwe duit.
Betek, karena istri lagi betek.
Mending nge-blog


3.     Iri
Ada beberapa orang yang bikin aku iri kalo baca tulisan-tulisannya. Heran, kenapa mereka bisa nulis kayak gitu, bagus banget. Ringan, mengalir dan ada isinya.

Mereka nulis kayak gak ada beban, seenaknya gitu. Semua bisa jadi bahan tulisan, tapi tetap selalu ada isinya dan ada pesannya. Paling tidak, bisa bikin orang tersenyum sungging.

Kenal sama orang yang dulu wartawan yang sekarang udah jadi mentri gak? Aku gak kenal dia, tapi aku tau dia. Tapi dia gak tau aku.

Tulisannya bagus. Dan yang lebih mengirikan adalah dia bisa menulis apa saja. Meskipun kebanyakan tulisannya tidak sesuai dengan kaidah-kaidah penulisan yang baik dan benar, tulisannya selalu dimuat di koran. Di halaman depan dan setiap hari!

Maklum, dia yang punya koran.

Aku iri, aku gak punya koran sendiri. Aku iri gak bisa nulis kayak dia. Ya udah, mending nge-blog aja.

4.     Menikmati diri sendiri
Bukan, aku bukan penulis. Aku bukan wartawan. Aku juga bukan juru tulis pidato pak lurah. Tapi konon, pekerjaanku separuhnya adalah menulis. Kata filosof dari Turki, Abdul Ghofur, menulis adalah sanat alias art alias seni. Sense of art dalam menulis gak ada hubungannya dengan ijazah dan piagam-piagam pelatihan, tapi jam terbang.

Menulis itu melatih rasa. Rasa untuk menjadi diri sendiri, dan rasa untuk menjadi orang lain. Jika kamu tidak merasa enak dengan tulisanmu, maka begitu juga orang lain. Tapi jika kamu merasa enak dengan tulisanmu, belum tentu orang lain merasa enak dengan tulisanmu. Maka, paling tidak bikin enak-lah dirimu sendiri.

Bullshit bisa keren karena nge-blog. Bullshit bisa kaya karena nge-blog. Bullshit bisa tenar karena nge-blog.

5.     Terserah aku
Negara ini sudah merdeka. Belanda sudah lama pergi dari negeri ini. Jadi terserah aku mau ngapain. Tidak ada yang bisa paksa aku untuk beginu begiti. Secara hukum aku sudah dewasa, sudah cakap hukum dan memiliki kedudukan yang sama di depan hukum. Sudah masuk kriteria ‘setiap orang’ atau ‘barang siapa’.

Secara agama, aku udah baligh!

Aku dilindungi konstitusi dan deklarasi universal HAM. Aku punya kebebasan sipil politik. Berdasarkan ketentuan HAM internasional, kebebasanku hanya dibatasi oleh 5 pembatasan khusus. Itupun, pembatasan itu harus diatur dalam undang-undang. Gak bisa seenaknya main batas-batasi.

Tidak ada ketentuan hukum yang bisa memaksa aku harus punya alasan untuk nge-blog! Nge-blog tanpa alasan bukanlah perbuatan melawan hukum, secara pidana maupun perdata. Jadi, jangan paksa aku untuk cari-cari alasan.

Komentar