(Mungkin) Laskar Jembatan Runtuh

Puluhan pelajar bergelantungan di jembatan gantung yang nyaris runtuh. Tangannya menggenggam tali-tali jembatan yang untuk sementara masih melintang. Kaki2nya menginjak papan2 kayu lapuk yang untuk sementara masih menempel.

Mungkin hari ini ada ujian. Mungkin hari ini ada pelajaran kegemaran yang sayang untuk ditinggalkan. Mungkin hari ini mereka rindu bercengkrama dengan teman2 akrab sekelas. Mungkin hari ini giliran mereka untuk piket. Mungkin mereka tidak tertahan ingin bertemu dengan kekasih hati, cinta pertamanya.

Mungkin juga mereka begitu menikmati melintasi jembatan gantung yang nyaris runtuh itu. Seru, seperti film2 hollywood!


Mungkin suatu saat nanti mereka menjadi penulis buku best seller, Laskar Jembatan Runtuh.

Mungkin baginya melintasi jembatan runtuh itu adalah hal yang biasa2 saja. Mungkin mereka tidak menganggap ini sebagai perjuangan yang berdarah2, seperti yang banyak dibicarakan orang2.

Mungkin di sana gurunya tidak tahu kalau murid2nya harus melewati jembatan runtuh itu. Dipikirnya ada jalan lain, yang dapat dilalui. Mungkin juga menganggap bahwa melintasi jembatan seperti itu adalah bagian dari pendidikan, pendidikan jasmani atau pendidikan alam atau pendidikan mental atau pendidikan keseimbangan.

Mungkin di sana orang tua mereka tidak punya uang lebih untuk membelikan sepeda atau untuk naik angkutan umum yang tentu saja tidak perlu lagi lewat jembatan reot itu. Mungkin juga orang tua mereka tidak tahu kalau jembatan yg telah lama reot itu telah benar-benar runtuh.

Mungkin pemimpin negeri ini terlalu sibuk dengan urusan lain yang lebih penting dari sekedar ngurusin jembatan. Mungkin pemimpin negeri ini merasa terlalu yakin rakyatnya telah sejahtera. Mungkin juga pemimpin negeri ini mengira bergelantungnya anak2 itu tidak mungkin diketahui banyak orang. Mungkin mereka juga mengira publik juga sama tidak pedulinya atas kondisi itu.


Mungkin pemimpin negeri ini menganggap kabar ini adalah kabar palsu, fitnah, hoax atau rekayasa politik dari pihak2 sakit hati yg ingin membangun citra politik.
                                                                                                                                      
Mungkin ketika tulisan ini dibaca, ada pelajar yang terjatuh dan tenggelam di sungai itu. Mungkin saat ini ada pelajar itu berusaha berenang sekuat tenaga, menggayut-gayut apa saja yang bisa diraih. Mungkin pelajar itu kemudian mulai kehabisan nafas, paru-parunya terlalu banyak kemasukan air keruh sungai. Mungkin pelajar itu mulai  menggelepar di dasar sungai berlumpur itu, lalu benar2 tewas.

Mungkin harus menunggu jatuh korban seperti itu, semua orang baru menganggap ini bukanlah sebuah kemungkinan.


Komentar