Mall dan Umat

MUI harus sering2 jalan2 ke mall, cari inspirasi masalah keumatan yg ada mall. Kenapa mall? karena mall terbukti lebih sering dikunjungi umat daripada masjid.

Di mall juga terdapat fenomena2 baru yg perlu dikaji oleh MUI, dan mungkin menarik untuk difatwakan. Demi kemaslahatan umat (yang ada di mall) fatwa itu diperlukan, sehingga terdapat panduan nge-mall yg religius.

Toilet
Beberapa mall memiliki fasilitas toilet yg menurutku tidak manusiawi buat umat. Memang sih toilet laki dan perempuan tidak kumpul jadi satu, tapi ada beberapa mall yg pake kloset kering (baca: cawik pake tisu).

Tisu mungkin barang suci, tapi tisu jelas tidak mensucikan untuk cawik. Bagi yg masih bisa tahan masih bisa lari2 beli akua botol untuk cawik; tapi bagi yg benar2 tidak tahan, terpaksa harus cawik pake tisu.

Toilet begini jelas tidak manusiawi bagi umat.

Save the trees, use tissue for cawik

Masjid toilet
Nge-mall jelas tidak bisa dijadikan alasan untuk bisa men-jamak kosor sholat, apalagi meninggalkan sholat. Begitu kira2 kata pak ustad. Artinya umat yg sedang sibuk nge-mall tetap diwajibkan sholat.

Menjawab kebutuhan itu, beberapa mall berbaik hati menyediakan tempat untuk sholat, lengkap dengan sajadah, mukena dan tempat wudhu.

Persoalannya adalah penempatannya yg sering tidak pas.

Ada mall yg menyediakan di tempat yang nyempil jauh di belakang: tangga darurat belok kiri trus naik 1 lantai belok kanan dikit, sebelah pipa belok kiri. Njlimet pokoknya.

Ada juga mojok di tempat parkir mobil di lantai entah berantah. Pengap, gak ada eskalator apalagi AC.

Yang parah, ditempatkan satu blok dengan toilet. Di mana ada toilet, di situ ada musolah. Jadi kalo lg kebelet boker di mall, cari aja musolah!

Mungkin maksudnya baik, memudahkan pengunjung untuk sholat. Habis sholat trus boker dan sebaliknya, habis boker langsung sholat. Praktis.

Kombinasi yang aneh!



Kiblat
Terlepas posisi musolah2 di mall, ada satu persoalan yg harus benar2 dikaji MUI, yakni: kiblat.

Kebanyakan musolah di mall2 menggunakan ruang kosong yang ada di sudut2 bangunan mall yg tidak terpakai. Artinya ruang2 kosong yang dijadikan musolah itu tidak pernah didesain untuk digunakan sebagai musolah.

Karena tidak didesain sebagai musolah, sangat kueeccillll kemungkinan arah kiblat musolah2 itu simetris dengan bentuk ruangan musolah dan bangunan mall. Bisa agak miring ke kiri atau miring ke kanan.

Jangankan musolah mall, masjid2 besar saja kiblatnya banyak yang miring ke kiri (tidak semiteris dengan bangunan masjid).

Kalopun musolah itu memang sejak awal didesain sebagai musolah, assesment kiblat tetap perlu dilakukan MUI karena ada beberapa kiblat yg terlalu simetris dengan bangunan mall. Ini mencurigakan.

Selama ini, umat hanya pasrah dengan arah sajadah yg telah disediakan pemilik mall. Bisa saja memang tepat ke arah kiblat, tapi jangan2 sajadah mengarah ke arah XXI ato pizza hut.