T E R L A L U

Wajahnya bersih, pakaiannya juga rapi. Dia tidak sok2an pake baju koko dan kopyah. Biasa aja, pake kemeja biru muda dan celana kain. Dagunya ada jenggot tipis, jidatnya ada sedikit bekas kebanyakan sujud. Tutur katanya lembut, tapi tidak lebay.

Orang kayak begitu sebenarnya tidak mengundang kecurigaan macam2 sebagai peminta2 sumbangan yg hanya mengatasnamakan pembangunan masjid atau yatim piatu.

Beberapa orang memasukkan uang di kotak sumbangan, tapi banyak juga yg cuman nyumbang senyuman. Mungkin dikira batu bata dan semen bisa dibeli dengan senyuman.

Gigih betul orang itu meminta sumbangan. Meski sudah malam begini, tidak ada raut kelelahan. Dia tetap tersenyum, bahkan kepada orang yg tidak menyumbang. Salut!

Tapi aku tetap gak setuju cara seperti itu, berkeliling menjajakan kotak sumbangan di jalanan, di pasar2 dan di kampung2.

Permintaan sumbangan dengan cara offensif seperti itu kurang elegan. Lagipula, aku tidak yakin hasilnya akan seimbang dengan tenaga yg harus dikeluarkan. Belum lagi persoalan kecurigaan2 atau prasangka2 yg timbul dari orang2 yg mencari2 alasan untuk tidak menyumbang.

Pembangunan masjid, apalagi yatim piatu, memiliki derajat yg terhormat dalam agama. Mereka memiliki gaya gravitasi transendental yg mestinya harus didekati atau didatangi, bukan malah mereka yg mendekat2i, apalagi dengan cara yg sangat offensif (baca: meminta2) seperti itu.

Aku pernah didatangi orang yg meminta sumbangan, katanya untuk pembangunan masjid. Siang2 bolong, jam 12an. Berbekal beberapa lembar proposal lusuh dan beberapa foto, dia berusaha meyakinkanku. Aku tanya masjidnya ada di mana? katanya di Nganjuk.

Hah Nganjuk? Busyet, jauh betul.


Sebetulnya aku kurang yakin dengan proposal itu, tapi biarlah, siapa tahu memang betul untuk pembangunan masjid.

Tapi... kok sulit ya untuk percaya 100%. Nganjuk! Busyet, jauh betul cari sumbangan.

Sebegitu tidak pedulinya-kah orang2 di Nganjuk dan daerah2 di sekitar Nganjuk, hingga harus mencari sumbangan sampai kesini?

Ah, jangan2 kita yg sudah keterlaluan. Tidak didekat2i gak pernah nyumbang, begitu didekat2i malah curiga macam2.


Komentar